MEDAN, iNews.id - Gubernur Edy Rahmayadi memahami kondisi peternak terguncang akibat wabah hog cholera dan African Swine Fever (ASF) atau flu Afrika. Dia menyebutkan, setiap kematian satu ekor babi, maka peternak mengalami kerugian yang diperkirakan senilai Rp3 juta.
"Kondisi perekonomian para peternak sangat buruk. Kalau ternak babi mereka mati, maka sudah pasti rugi. Babi yang tidak mati juga mereka rugi karena harga jual di pasar turun dengan adanya wabah ini," ujar Edy, Kamis (13/2/2020).
Sebelumnya dalam rapat dengar pendapat dengan DPRD Sumut dan Muspida, Edy mengungkapkan per hari ini sudah ada 48.000 ekor babi yang mati atau sekitar 2,4 persen dari populasi ternak babi di Sumut. Jumlah angka kematian ini terus bertambah karena setiap hari selalu ada kasus babi mati.
Mengacu dari angka kerugian Rp3 juta untuk tiap ekor babi, serta total ternak yang mati telah mencapai 48.000, maka diperkirakan per hari ini hitungan kerugian peternak mencapai Rp144.000.000.000 (Rp144 miliar).
Edy mengakui sampai saat ini belum menemukan solusi penanganan kematian puluhan ribu ternak babi di Sumatera Utara (Sumut). Dia meminta masukan dari seluruh pihak untuk mencari jalan keluar atas hal tersebut.
"Mari saudara-saudaraku, berikan masukan kepada kami untuk menangani permasalahan kematian babi di Sumatera Utara ini," katanya.
Dia mengungkapkan, Pemprov Sumut masih terus mencari solusi mengatasi wabah flu Afrika. Satu di antaranya dengan mengajak peternak beralih ke hewan ternak lain.
"Kalau itu memang tidak dipolitisir. Kami akan ubah sementara ke ternak lain yang tidak terkena virus ASF," ucapnya.
Gubernur menegaskan, Pemprov Sumut tidak akan mengambil langkah pemusnahan babi karena berdampak besar terhadap ekonomi. Apalagi dengan jumlah babi di Sumut yang mencapai 2 juta ekor.
Jika langkah pemusnahan ini diambil, maka pemerintah harus menyiapkan ganti rugi mencapai triliunan rupiah.
"Kalau itu sampai terjadi (pemusnahan), maka biaya ganti rugi babi ini mencapai Rp6 triliun," ucapnya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait