JAKARTA, iNews.id - Danau Toba menjadi ikon terkenal Sumatera Utara dengan luas permukaan 1.124 kilometer persegi dan kedalaman 508 meter. Danau Toba mengitari tujuh kabupaten, yakni Karo, Simalungun, Samosir, Dairi, Toba, Humbanghasundutan dan Tapanuli Utara.
Sebelum menjadi perairan seindah saat ini, Toba dulunya merupakan supervolcano purba yang pernah erupsi besar pada 74.000 tahun lalu. Akibat letusan Gunung Toba, terbentuklah kaldera Danau Toba.
Peristiwa meletusnya Gunung Toba purba dicetuskan banyak ahli vulkanologi sebagai letusan gunung berapi terbesar selama dua juta tahun terakhir. Bahkan, sampai memengaruhi iklim dan manusia di masa prasejarah.
Ukuran Gunung Toba tidak diketahui secara pasti. Namun diyakini sangat besar jika menilik dari sisa peninggalan berbentuk Danau Toba yang luasnya menyerupai lautan, bahkan bisa dilihat dari angkasa luar.
Saat Gunung Toba meletus, skala Index Letusan Vulkanik atau Volcanic Explosivity Index (VEI) yang dicapainya menyentuh angka 8. Dikutip dari Forbes, berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PNAS, disebutkan letusan Gunung Toba menyebarkan abu sejauh 9.000 kilometer hingga bagian selatan Afrika.
Wilayah Indonesia, India dan Samudra Hindia ditutupi puing-puing vulkanik setingi 15 sentimeter. Bahkan di Pulau Samosir, tebal lapisan abunya mencapai 600 meter.
Abu dan gas vulkanik yang dimuntahkan mencapai atmosfer, menghalangi sinar matahari hingga menyebabkan musim dingin vulkanik di mana suhu turun di seluruh dunia sebesar 3-5 derajat. Musim dingin ini berlangsung selama 6-10 tahun dan pendinginannya selama 1.000 tahun.
Letusan Gunung Toba juga menipiskan lapisan ozon hingga 20-50 persen setahun pascaerupsi. Namun, masih belum jelas apakah letusan Gunung Toba berdampak pada evolusi manusia.
Studi antropolog Stanley Ambrose 1998 menyampaikan, ada bukti genetik yang menunjukkan keruntuhan populasi manusia purba. Berdasarkan teori bencana Toba, sebagian besar manusia purba di Eropa dan Asia punah karena iklim dan lingkungan yang berubah drastis.
Bukti DNA dari Afrika Tengah juga menunjukkan penduduk di sana mengungsi ke arah utara dan selatan. Para manusia purba bertahan hidup dan berkembang melalui masa-masa sulit. Para ahli mendapati pecahan kecil kaca vulkanik pada dua titik pantai Afrika Selatan yang diyakini cocok dengan Gunung Toba.
Teori ini kemudian dipatahkan oleh penelitian yang dilakukan Rutgers University-New Brunswick, Amerika Serikat. Peneliti menggunakan metode simulasi model iklim untuk menyelesaikan paradoks yang terjadi.
Hasilnya, hanya wilayah Amerika Utara, Eropa dan Asia saja yang mengalami musim pendinginan, sementara Afrika dan India relatif terlindungi.
Dibandingkan dengan Gunung Tambora yang juga meletus dahsyat pada 1815, jelas keduanya berbeda. Gunung Toba meletus ketika peradaban manusia belum seperti sekarang dan penelitian menyebut ledakan eksplosifnya tidak terlalu berpengaruh pada evolusi manusia.
Sementara Gunung Tambora meletus saat memasuki era modern. Ledakannya menewaskan lebih dari 60.000 orang. Bila Gunung Toba meletus di era sekarang, bukan tidak mungkin ledakannya mampu memusnahkan 2 miliar manusia, terlebih letaknya ada di dekat wilayah berpenduduk.
Dikutip dari National Geographic, tim peneliti internasional yang mempelajari histori dari Gunung Toba menyebutkan, gunung tersebut tetap aktif dan berpotensi berbahaya setelah letusan besar ribuan tahunnya.
Martin Danišík, Associate Professor dari John de Laeter Center di Curtin University, Australia menyampaikan, supervolcano meletus beberapa kali dengan interval puluhan ribu tahun di sela letusan-letusan besarnya.
Namun, tidak bisa dipastikan apa yang akan terjadi pada supervolcano tersebut di masa tidak aktif. Kabar baiknya, selama periode tidak aktif itu berlangsung, peneliti bisa memprediksi kapan letusan lain akan datang di masa depan.
Kini kawasan Danau Toba termasuk Kawasan Strategis Pariwsata Nasional dan menjadi Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan pembangunan infrastruktur dan menata kawasan Danau Toba agar tampil lebih elok.
Salah satu pekerjaan yang dirampungkan pada akhir 2021, yaitu Penataan Kampung Ulos Huta Raja dan Huta Siallagan di Kabupaten Samosir. Proyek ini menelan biaya sebesar Rp57,9 miliar. Dua desa tersebut merupakan kampung wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait