7 Lagu Batak Sedih di Perantauan Lengkap dengan Maknanya

MEDAN, iNew.id - Lagu Batak sedih di perantauan akan dibahas dalam artikel ini. Beberapa lagu ini bahkan hits dinyanyikan saat momen perpisahan.
Sama dengan daerah lain yang melestarikan bahasa lokalnya, suku Batak juga demikian. Banyak lagu berbahasa Batak ini terus membekas bagi mereka yang meniggalkan tanah kelahiran mereka. Penasaran lagu apa saja? berikut daftranya.
Lagu ciptaan Tilhang Gultom ini sering disebut sebagai lagu Batak paling sedih. Liriknya menceritakan kesedihan seorang anak di perantauan dan merenungkan hidupnya
Mardalan au marsada sada (Aku berjalan sendirian) Laos di langlang i do au tarlungun lungun (Dan di ilalang itu aku merindu) Manetek iluki da inang da sian mata (air mataku menetes, ibu) Marningot lakka ki dainang laos so marujung ( mengingat langkahku ibu tiada ujung)
Suman mau partudosan na (samalah perumpamaanya) Tu sanggar sakkabona inang (seperti sebatang sanggar ibu) Na sai madungdung (yang selalu mencoba meraih) Na meol meol i da inang di ullus alogo (yang terombang-ambing diembuskan angin) Songon bulung ni bulu inang (seperti daun bambu ibu) Na sai madudus (yang selalu merayap)
Ulushon Ulushon ulushon au alogo (embuskan embuskan embuskanlah aku angin) Sahat tu huta ni dainang (sampai ke rumah ibu) Di luat na dao (di tempat yang jauh) Pos ma roha ni dainang tibu do au ro (percayalah ibu aku akan cepat pulang) Sian tano parjalangan di luat na dao (dari tanah perantauan di tempat yang jauh)
Ue dainang Ue dainang Ue ... (ya ibu......, ya ibu.....)
Alusi ma au inong (jawab aku ibu) Alusi ma among ( jawab aku ayah) Alusi ma au inong na jou jou on (jawab aku ya ibu yang selalu memanggilmu)
Lagu ini sering dinyanyikan oleh masyarakat Batak. Lagu ini bercerita tentang kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air atau kampung halaman seseorang.
Lagu ini diciptakan dan populerkan Osien Hutasoit. Lagu Batak ini menceritakan soal penyesalan seseorang menjalin hubungan cinta. Kisah cinta yang kandas itu tak bisa diperbaiki.
Lirik lagu dan terjemahan
Gabe masihol au
(Aku menjadi rindu)
Di na ro bulan nang bintang
(Ketika bulan dan bintang datang)
Gabe huingot ma
(Lalu kuingat)
Bohimi na disanggopi sinondangna i
(Wajahmu yang diterpa sinarnya)
Di bulan naung salpu hundul ho di siamunhu
(Di bulan yang lalu kau duduk di sebelahku)
Sande ma ho nang di abarangki
(Dan kau bersandar di bahuku)
Aut boi ma huulang tingki i
(Seandainya kubisa ulang waktu itu)
Aut boi ma husigat rohami
(Seandainya kubisa telusuri hatimu)
Asa huantusi
(Agar kau mengerti)
Boasa tung hatop ho mian dison
(Kenapa begitu cepat kamu tinggal disini)
Di rohangkon
(Di hatiku ini)
Mambaen masihol au tu ho
(Membuatku rindu padamu)
Malungun au di lambok ni soarami
(Rindu akan suara lembutmu)
Aut boi mulak au tu tingki i
(Seandainya aku bisa kembali ke waktu itu)
Dang hupalua ho sian abarangki
(Kau tidak akan kulepaskan dari bahuku)
Nga tasalpui be na marpiga piga bulan
(Berbulan bulan telah kita lalui)
Jala mangerbang do
(Dan kini bermekaran)
Holongmi naung ditumburhon ho di rohangki
(Cinta yang kau tumbuhkan di hatiku)
Ho disan nang au dison
(Kau disana dan aku disini)
Dipaholan angka lungun
(Dipisahkan oleh rindu)
Paloas ma marbunga holongki
(Izinkan berbunga hatiku)
Hoo…uuooo…uooo…
Aut bo ma ni
Lagu ini diciptakan Erick Sihotang. "Holongki Do Hamoraon" dalam terjemahan bebasnya yakni "Cintaku Untukmu."
Lagu Batak ini sering kali bercerita tentang cinta, perasaan, dan hubungan antara dua orang. Jadi, "Holongki Do Hamoraon" kemungkinan besar adalah lagu yang mengungkapkan perasaan cinta seseorang kepada pasangan atau orang yang dicintainya. Lagu ini sebenarnya cocok dinyanyikan mereka yang jauh dari orang tercinta alias menjalani hubungan jarak jauh.
Lagu ini ditulis oleh Rani Simbolon dan pertama kali dinyanyikan oleh Viky Sianipar. Dalam bahasa Batak lagu itu artinya Sudah Tahun Lamanya.
Lirik lagu ini menceritakan tentang perasaan kerinduan yang mendalam dan penantian yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Lagu ini sering kali diinterpretasikan sebagai ungkapan rindu kepada seseorang yang jauh atau perpisahan yang panjang. Liriknya menggambarkan perasaan kesepian, kerinduan, dan keinginan yang kuat untuk bertemu kembali dengan orang yang dicintai setelah waktu yang lama.
Secara umum, "Sangsiro Au" dalam bahasa Batak bisa diartikan sebagai "Rindu Aku" atau "Aku Merindukanmu" dalam bahasa Indonesia. Jika lagu ini memiliki lirik yang lebih lengkap, konteksnya akan membantu untuk memberikan interpretasi yang lebih tepat mengenai makna lagu tersebut.
Lagu-lagu Batak sering kali mengungkapkan perasaan cinta, kerinduan, kesedihan, atau pengalaman hidup sehari-hari.
"Mardua Holong" adalah salah satu lagu Batak yang sangat populer dan dianggap sebagai klasik dalam musik Batak. Lagu ini ditulis oleh Dorman Manik dan pertama kali dinyanyikan oleh Victor Hutabarat. "Mardua Holong" dalam bahasa Batak berarti "Doa Dua Hati" dalam bahasa Indonesia.
Lirik lagu ini menggambarkan kisah cinta dua hati yang saling mencintai, namun dihadapkan pada hambatan dan perpisahan. Lagu ini mengekspresikan perasaan rindu dan harapan agar mereka bisa bersatu kembali. Melodi dan penghayatan dalam menyanyikan lagu ini memberikan nuansa romantis dan melankolis.
"Mardua Holong" sering kali diinterpretasikan sebagai perwujudan cinta yang dalam dan tulus, serta kerinduan yang mendalam terhadap orang yang dicintai. Lagu ini mencerminkan perasaan kehilangan, harapan, dan keinginan untuk bersatu kembali dengan seseorang yang dicintai.
Secara keseluruhan, "Mardua Holong" merupakan lagu yang menyentuh dan mengungkapkan perasaan cinta dan kerinduan dalam budaya Batak. Namun, setiap pendengar atau penyanyi dapat memberikan interpretasi pribadi mereka terhadap lagu ini berdasarkan pengalaman dan persepsi mereka sendiri.
"Tangiang Ni Dainang" salah satu lagu Batak yang sangat terkenal dan dicintai oleh masyarakat Batak. Lagu ini memiliki makna yang mendalam dan sentimental dalam budaya Batak. "Tangiang Ni Dainang" dalam bahasa Batak berarti "Tanah Airku" dalam bahasa Indonesia.
Lirik lagu ini menyuarakan rasa cinta dan kebanggaan terhadap tanah air atau kampung halaman seseorang. Lagu ini menggambarkan kerinduan kepada tempat kelahiran, keindahan alam, serta kenangan dan ikatan emosional yang terjalin dengan tanah air. Lagu ini sering dinyanyikan dengan penuh semangat dan kebanggaan sebagai ungkapan kasih sayang terhadap tanah air dan identitas budaya Batak.
"Tangiang Ni Dainang" juga dapat mengandung nilai-nilai seperti rasa hormat terhadap leluhur, warisan budaya, dan kesatuan sosial. Lagu ini sering kali menjadi simbol persatuan dan identitas dalam komunitas Batak.
Itulah lagu Batak sedih di perantauan. Kalian suka lagu yang mana?.
Editor: Nani Suherni