75 Contoh Kalimat Retoris, Lengkap dengan Pengertian dan Ciri-cirinya

JAKARTA, iNews.id - Inilah deretan contoh kalimat retoris yang patut untuk diketahui. Untuk semakin memahami konsepnya, terdapat pula penjabaran mengenai pengertian dan ciri-ciri dari kalimat tersebut.
Kalimat retoris ini sangat mudah ditemukan dalam berbagai karya sastra. Selain itu, kalimat tersebut juga mudah dijumpai pada teks pidato atau orasi.
Adapun contoh, pengertian, dan ciri-ciri kalimat retoris adalah sebagai berikut.
1. Wah, cuaca hari ini sangat cerah, ya.
2. Apalah artinya kau tersenyum padaku, jika pada akhirnya kau memilih dia.
3. Wah, rumahmu memang sangat jauh sampai selalu terlambat ke sekolah.
4. Bukankah kita semua pernah melakukan sebuah kesalahan?
5. Apakah kita akan tiba–tiba kaya raya tanpa berusaha?
6. Sesulit itu kah melaksanakan apa yang aku minta ini?
7. Apakah kamu tidak berpikir sebelum melakukan semua perbuatanmu itu?
8. Mana mungkin orang mati hidup kembali.
9. Sungguh aku tidak mengerti, mengapa kamu bisa selingkuh dariku.
10. Apa kamu tidak merasa lelah setelah bekerja sepanjang hari?
11. Apa yang kamu harapkan dari seorang pria yang tidak bisa memegang kata-katanya?
12. Menurutmu, apakah pantas kita menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya?
13. Bisakan kamu sekali saja mendengarkan apa yang aku katakan?
14. Apakah hatimu sudah beku sampai bisa melakukan hal sekejam ini?
15. Seseorang yang mengkritik pemerintah banyak yang dihujat, bukannya ada kebebasan dalam mengutarakan berpendapat?
16. Bisakah nasib kita akan berubah tanpa adanya usaha?
17. Baru pulang kerja sekarang?
18. Apakah kita hanya diam saja melihat mereka berperilaku semena–mena seperti itu?
19. Tidakkah kamu sadar setelah apa yang kamu lakukan padaku?
20. Siapa yang bertugas menjaga keamanan dan keutuhan NKRI kalo bukan kita sebagai rakyatnya?
21. Bukankah memang pantas ia menerima balasannya setelah segala perbuatan yang ia lakukan?
22. Apakah kamu tega melihat saudara–saudara kita di Lombok sana yang terkena musibah tsunami?
23. Apakah kamu lupa setelah semua yang telah kita lalui bersama selama ini?
24. Mana ada di dunia ini orang yang benar–benar jujur dan amanah?
25. Apakah berbuat tindakan seburuk itu dosa?
26. Apalagi yang dapat kita lakukan selain meminta pertolongan pada Sang Pencipta ?
27. Apakah kita diam saja saat lingkungan sekitar dirusak?
28. Apalagi yang bisa kita lakukan selain meminta pertolongan pada Tuhan?
29. Selama ini kamu kemana saja sampai baru mengetahui informasi ini?
30. Kamu kira kita bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum?
31. Apakah mungkin orang tua tidak menyayangi anaknya sendiri?
32. Bagaimana mungkin kamu bisa mengerjakan semua ini sendirian?
33. Apakah hubungan kita semuanya harus sampai disini saja?
34. Bagaimana bisa kamu mengabaikan ayahmu sendiri?
35. Tidak sadarkah kamu bahwa gaji yang sungguh besar itu berasal dari tetesan keringat rakyat kecil di bangsa ini?
36. Bukankah kamu merugi saat bolos sekolah?
37. Apakah ada orang mati dapat hidup kembali?
38. Apakah pekerjaan rumah ini dapat kita selesaikan?
39. Dimana kita saat sahabat memohon pertolongan?
40. Ketika sudah bekerja, melakukan, serta membuang banyak hal, tapi tidak membuahkan hasil sesuai ekspektasi. Bukankah lebih baik kamu berhenti dan meninggalkan kelelahan itu?
41. Mengapa sebagai sesama manusia tidak bisa saling mengerti satu dengan lainnya dan membiarkannya menjalani kehidupannya masing-masing?
42. Seorang anak dilahirkan dari Rahim ibu. Bagaimana mungkin kamu bisa tega memaki ibu yang telah melahirkan?
43. Di mana hati nurani kamu saat melihat saudara sendiri sedang berada dalam kesusahan?
44. Apakah kamu tega melihat sesama manusia atau anak-anak itu kelaparan?
45. Harus menunggu berapa banyak korban lagi agar jalanan diperbaiki?
46. Tidakkah kamu merasa takut dengan azab tuhan?
47. Apakah sudah hilang rasa malu kamu sehingga tidak merasa rishi berpakaian terbuka seperti itu?
48. sudikah kamu menjadi orang susah yang tidak punya apa-apa?
49. Apa menurutmu berbuat tindakan seburuk itu tidak berdosa?
50. Apakah kita diam saja saat lingkungan sekitar dirusak?
51. Apakah hubungan kita semuanya harus sampai disini saja?
52. Bagaimana bisa kamu mengabaikan ibumu sendiri?
53. Tidak sadarkah kamu bahwa gaji yang sungguh besar itu berasal dari tetesan keringat rakyat kecil di bangsa ini?
54. Bukankah kamu merugi saat bolos sekolah?
55. Apakah kamu sudah buta sampai menginjak piringku?
56. Apakah kita setega itu membiarkan dia bekerja sendirian?
57. Apakah kamu tidak takut dengan hukuman yang akan kita terima jika kita membolos?
58. Bukankah berbohong kepada orang tua termasuk dosa besar?
59. Apakah kamu tidak mendengar apa yang sudah aku katakan?
60. Apakah kamu tidak mengerti juga setelah semuanya ini terjadi?
61. Di mana mereka saat kita sedang dilanda kesulitan?
62. Apakah kita sudah telat memulai semuanya dari awal?
63. Sudahkah kita lebih baik dari orang–orang yang kita bicarakan ini?
64. Kau hidup dimana baru tau ada teknologi e-mail?
65. Apakah perbuatan main hakim sendiri itu langkah yang tepat?
66. Sudah sore seperti ini, kamu baru pulang?
70. Bukankah kamu merugi saat bolos atau tidak masuk sekolah?
71. Terlalu banyak populasi makhluk hidup di bumi ini. Bukankah itu artinya sudah waktunya Kami untuk mengurangi populasi manusia agar kembali terbentuk keseimbangan pemenuhan kebutuhan?
72. Mengapa orang yang bunuh diri dipandang sebagai seorang lemah?, bukankah butuh mental dan keberanian agar bisa melakukan hal itu?
73. Siapa yang tidak jengkel melihat tingkahnya ?
74. Siapa yang tidak susah jika memiliki adik sepertimu.
75. Aku tak tahu mengapa hal ini harus terjadi.
Dari semua contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat retoris merupakan kalimat yang tidak membutuhkan jawaban atau tanggapan dari pendengarnya. Hal itu lantaran jawaban atau tanggapan dari kalimat ini sudah sangat jelas dan berfungsi hanya sebagai penegasan.
Dalam penggunaannya, kalimat retoris biasa dipakai sebagai sindiran, nasihat, basa-basi, bujukan agar seseorang mengubah pandangannya terhadap sesuatu, atau ajakan untuk introspeksi diri. Umumnya, kalimat ini bisa dijumpai dalam sejumlah karya sastra untuk memperindah tulisannya.
Sementara itu, berikut ini adalah ciri-ciri kalimat retoris yang patut untuk diketahui.
-Seseorang yang mengucapkan kalimat retoris tidak mengharapkan jawaban atau tanggapan dari pendengar.
-Jawaban kalimat sudah jelas.
-Makna kalimat tidak ambigu atau dapat dipahami.
-Kalimat retoris berfungsi memberi penekanan pada inti pembahasan.
-Kalimat retoris biasanya ada setelah kalimat yang mengandung komentar terhadap sesuatu.
Editor: Komaruddin Bagja