Djoss Bangun Daerah Pinggiran, Eramas Maksimalkan Program Pendidikan

MEDAN, iNews.id – Debat Publik II Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Utara (Sumut) pada sesi kedua memberikan kesempatan pada kedua pasangan calon untuk memaparkan lebih jelas mengenai visi misi dan program andalan masing-masing. Meski disodori dua pertanyaan yang berbeda, jawaban kedua pasangan calon, baik Djoss dan Eramas berkaitan dengan pemanfaatan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumut.

Pasangan Calon Nomor Urut 2 Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus yang mendapatkan pertanyaan terkait upaya menciptakan pembangunan berkeadilan di Sumut mengungkapkan, akan melakukan efisiensi APBD Sumut khususnya dalam penggunaan biaya operasional agar bisa membangun daerah pinggiran. Untuk tidak membebani APBD, pasangan Djoss akan bekerja sama dengan sejumlah perusahaan di Sumut sehingga dana CSR dapat diserap untuk pembangunan.

“Dengan demikian, maka dana APBD dapat dialokasikan ke daerah yang lebih membutuhkan seperti Kepulauan Nias,” ujar Sihar Sitorus dalam Debat Publik II Pilgub Sumut di Kota Medan, Sabtu (12/5/2018).

Djarot menambahkan, jika pasangan Djoss terpilih pada Pilgub Sumut nanti, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut akan mengintegrasikan sejumlah program provinsi dengan program pemerintah pusat. Dengan begitu, pembangunan yang berkeadilan dan berkesetaraan di Sumut dapat diwujudkan dengan baik.

Sementara itu, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah yang mendapat pertanyaan terkait dengan target mewujudkan anggaran pendidikan sebesar 20% menjelaskan, sampai saat ini APBD tidak terserap maksimal, khususnya di bidang pendidikan. Pasangan yang akrab disapa Eramas ini akan menyiapkan sejumlah program khususnya di bidang pendidikan agar anggaran tersebut dapat terserap secara maksimal jika mereka terpilih nantinya di Pilgub Sumut.

Salah satunya, Eramas akan menambah guru-guru agar sekolah-sekolah di daerah terpencil juga mendapatkan guru. Selanjutnya, memasukkan sejumlah kurikulum yang terkait dengan pendidikan budi pekerti, baik itu di sekolah formal dan sekolah nonformal.

“Dengan pendidikan budi pekerti ini, kita harapkan anak-anak akan semakin baik ke depannya. Mereka tidak akan terjebak dalam hal-hal yang tidak menguntungkan dan merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas,” ujar Edy.

Editor: Maria Christina