Fenomena Langka, Satu Keluarga Tak Miliki Sidik Jari hingga Tidak Bisa Keluar Negeri
JAKARTA, iNews.id - Kisah satu keluarga yang tidak memiliki sidik jari. Fakta ini pun membuat mereka tidak bisa keluar negeri.
Fenomena langka ini menimpa Apu Sarker (22) yang tak memiliki jaringan pori-pori yang membentuk sidik jari. Apu tinggal dengan keluarganya di sebuah desa di utara distrik Rajshahi.
Dia bekerja sebagai asisten medis sampai baru-baru ini. Ayah dan kakeknya adalah petani. Seluruh pria di keluarganya tampak mengalami mutasi genetik yang sangat langka, yang diperkirakan hanya dialami oleh sejumlah kecil keluarga di seluruh dunia, mereka tidak memiliki sidik jari.
Pada masa kakeknya masih muda, tak memiliki sidik jari bukanlah masalah besar.
"Saya pikir dia tak pernah menganggapnya sebagai suatu masalah," tutur Apu seperti dilansir dari BBC, Kamis (14/7/2022).
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, alur kecil yang berputar di sekitar ujung jari, dikenal dengan sebutan dermatoglyph, telah menjadi data biometrik yang paling banyak dikumpulkan di dunia.
Mereka pun menggunakannya untuk segala hal, mulai dari di bandara hingga menggunakan hak suara dalam pemilu, hingga membuka ponsel pintar.
Pada 2008, ketika Apu masih kanak-kanak, Bangladesh memperkenalkan kartu identitas nasional bagi para orang dewasa dengan database yang memerlukan sidik jari jempol.
Para petugas yang bingung tidak tahu bagaimana cara memproses kartu identitas untuk ayah Apu, Amal Sarker. Akhirnya, dia menerima sebuah kartu dengan cap tanpa sidik jari.
Pada 2010, sidik jari menjadi persyaratan wajib untuk pembuatan paspor dan surat izin mengemudi (SIM). Setelah beberapa kali mencoba, Amal bisa mendapatkan paspor dengan menunjukkan surat keterangan dari badan kesehatan.
Dia tidak pernah menggunakannya, sebagian karena takut akan ada masalah yang dia hadapi di bandara. Meskipun mengendarai sepeda motor sangat penting untuk pekerjaan bertani, dia tidak pernah memiliki SIM.
"Saya sudah bayar biayanya, lulus ujian, tapi mereka tidak mengeluarkan izin karena saya tidak bisa memberikan sidik jari," ujarnya.
Amal membawa tanda terima pembayaran biaya pembuatan SIM, tetapi tidak selalu membantunya saat dihentikan polisi di jalan, dia didenda dua kali.
Dia menjelaskan kondisinya kepada kedua petugas yang bingung dan mengangkat ujung jarinya yang halus agar mereka bisa melihat. Tapi upayanya itu tak membuatnya bebas dari denda.
"Itu selalu menjadi pengalaman yang memalukan bagi saya," tutur Amal.
Pada 2016, pemerintah Bangladesh mewajibkan pencocokan sidik jari dengan database nasional bagi mereka yang ingin mendapatkan kartu Sim bagi ponsel mereka.
"Mereka tampak kebingungan ketika saya datang untuk membeli sebuah (kartu) Sim, perangkat lunak mereka rusak tiap kali saya menempatkan jari saya disensor," tutur Apu sambil tersenyum masam.
Keinginan Apu untuk mendapatkan kartu Sim ditolak, dan semu anggota laki-laki di keluarganya sekarang menggunakan kartu Sim yang dikeluarkan atas nama ibunya. Kondisi langka yang dialami oleh keluarga Sarker disebut dengan Adermatoglyphia.
Itu pertama kali dikenal luas pada 2007 ketika Peter Itin, seorang dokter kulit di Swiss, dihubungi oleh seorang perempuan yang menghadapi masalah ketika akan masuk ke AS. Wajahnya cocok dengan foto di paspornya, namun petugas bea cukai tak dapat merekam sidik jari sedikit pun, karena memang ia tak memilikinya.
Setelah pemeriksaan, Profesor Itin menemukan bahwa perempuan itu dan delapan anggota keluarganya sama-sama memiliki kondisi yang unik, bantalan jari yang datar dan berkurangnya jumlah kelenjar keringat di tangan.
Bekerja dengan dokter kulit lain, Eli Sprecher dan mahasiswa pascasarjana Janna Nousbeck, Profesor Itin melihat DNA dari 16 anggota keluarga. Tujuh di antaranya memiliki sidik jari, sementara sembilan orang tanpa sidik jari.
Pada tahun 2011, tim menemukan satu gen, SMARCAD1, yang bermutasi pada sembilan anggota keluarga yang tidak memiliki sidik jari.
Mereka mengidentifikasinya sebagai penyebab penyakit langka tersebut. Nyaris tidak ada yang diketahui tentang gen tersebut pada saat itu.
Artikel ini telah tayang di Okezone.com dengan judul "Kisah Satu Keluarga yang Tak Miliki Sidik Jari hingga Tak Bisa Masuk ke Negara Lain"
Editor: Nani Suherni