Gahar saat Mabuk Tuak, Preman Kampung yang Ancam Bakar Warga Memelas di Depan Polisi

BATU BARA, iNews.id - Preman kampung di Batu Bara, Sumatera Utara (Sumut) memelas meminta maaf di hadapan polisi. Padahal, dia mengancam akan membakar hidup-hidup warga saat dia mabuk miras jenis tuak.

Warga yang dimarahi dan diancam itu yakni pekerja galian kabel jaringan internet. Saat beraksi, preman kampung ini sempat mengancam akan membakar hidup-hidup para pekerja galian kabel tersebut.

Baca Juga

Mabuk Tuak, Preman Kampung di Batu Bara Ngamuk Ancam Bakar Pekerja Galian

Hal ini diketahui dari rekaman video. Dalam video yang viral ini terlihat seorang pria yang diduga mabuk dengan kondisi tubuh berjalan sempoynogan.

Usai ditangkap, pelaku memelas dan meminta maaf. Menurutnya, saat itu dirinya sedang mabuk.

Baca Juga

Kasus Pembacokan Preman Dadang Buaya Dilimpahkan ke Kejari Garut untuk Segera Disidang

SS mengaku nekat melakukan aksi konyolnya karena dirinya dalam keadaan mabuk berat usai minum tuak bersama rekannya di Desa Cahaya Pardomuan. 

"Aku kondisi mabuk, abis minum tuak. Tidak ada motif apapun," kata SS, Minggu (25/6/2023).

Baca Juga

Viral 2 Preman di TKI 1 Bandung Tondongkan Samurai dan Tantang Polisi Berkelahi

Sementara itu, Kapolsek Lima Puluh John Kompol Arthur Manurung mengatakan, setelah video itu viral, kami langsung turun ke lokasi menjemput dan mengamankan preman kampung.

"Pelaku bernama Simon Silaban alias SS, berusia 25 tahun," kata Arthur.

Baca Juga

21 Preman Garut Positif Narkoba dan Obat Terlarang, Kapolres: Mereka Diproses Hukum

Dia menambahkan, pelaku ditangkap di kediamannya di Desa Air Hitam, Kecamatan Datuk Lima Puluh, Batu Bara, Sumatera Utara. 

Lebih lanjut Arthur mengatakan, kasus ini masih ditangani oleh pihaknya.

"Kasus ini sedang dalam proses penyelidikan, dan selanjutnya kedua belah pihak akan dipertemukan untuk mediasi dan diharapkan dapat berdamai sehingga perkara ini dapat diselesaikan dengan langkah restorative justice sesuai dengan perintah Kapolri," katanya.

Editor: Nur Ichsan Yuniarto