SIBOLGA, iNews.id – Bencana longsor di Sibolga, Sumatera Utara menyisakan suka bagi keluarga korban. Mereka kehilangan keluarga dan sanak saudara dalam bencana tersebut. Longsor kali ini yang paling parah dalam empat dekade terakhir.
Salah satunya diungkapkan Imey. Dalam unggahan singkatnya di media sosial menjadi cerminan kepanikan dan kekhawatirannya dan ribuan warga Sibolga lainnya: "Ngeri hian namasaon (Sungguh mengerikan yang terjadi ini). Di umurku 49 tahun tidak pernah kualami separah ini," tulis Imey dikutip dari akun media sosialnya, Rabu (26/11/2025).
Kejadian bencana yang melanda kawasan Huta Hatubuan, Sibolga, membuat kota itu berduka dan lumpuh total. Fokus Imey, seperti banyak perantau Sibolga lainnya, tertuju pada anggota keluarganya yang terjebak. "Sampai hari ini belum ada kabar mamak ku, adek-adek ku, anak-anak kami yang tinggal di Sibolga," tulisnya penuh cemas.
Bencana kali ini tidak hanya merusak fisik kota, tetapi juga memutus urat nadi komunikasi. Mati lampu total dan putusnya jaringan komunikasi membuat kontak menjadi nol. Ketidakpastian ini menciptakan ruang kosong yang dipenuhi kekhawatiran dan doa.
"Mati lampu, jaringan putus. Sai sehat sehat ma hamu keluarga ku (Semoga kalian sehat-sehat saja keluargaku)," bunyi pesan harapan yang mengiris hati, mencerminkan perjuangan mental para anggota keluarga yang terpisah.
Imey melampirkan sebuah foto yang ia sebut sebagai "keadaan semalam sore dekat rumah di Sibolga Julu." Meskipun detail spesifik bencana belum terkonfirmasi, kengerian yang terekam dalam caption dan respons warga menunjukkan bahwa Sibolga sedang menghadapi situasi terburuknya.
Bagi warga setempat, Sibolga bukan hanya kota, melainkan rumah tempat kenangan dan kehidupan berakar. Ketika bencana melanda, ia merobek ikatan emosional yang telah terbangun lama. "Sibolga berduka," tutupnya, sebuah kalimat singkat yang merangkum kehilangan, ketakutan, dan harapan untuk pemulihan.
Polda Sumut Kerahkan Ratusan Personel
Sebanyak 492 personel Polda Sumatera Utara dikerahkan mengevakuasi warga terdampak bencana hingga mencari korban hilang setelah cuaca ekstrem melanda 11 kabupaten/kota di Sumut.
Hujan dengan intensitas tinggi sejak 24 hingga 26 November 2025 memicu rangkaian bencana tanah longsor, banjir, pohon tumbang dan puting beliung. Beberapa wilayah seperti Tapanuli Selatan, Sibolga, Pakpak Bharat dan Tapanuli Tengah menjadi daerah dengan dampak terparah.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait