JAKARTA, iNews.id - Bacaan takbiran Idul Fitri penting muslim hafalkan untuk menyambut Hari Kemenangan. Takbiran dimulai dari terbenanmya matahari pada malam hari raya berlanjut sampai sholat Idul Fitri.
Diketahui, pemerintah melalui Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat untuk memutuskan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah, Selasa, 9 April 2024.
Muhammad Saiyid Mahadhir dalam Bekal Ramadhan dan Idul Fitri, kalangan ulama menyatakan bahwa membaca takbir disyariatkan dalam Hari Raya Idul Fitri atas dasar firman-Nya:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan-Nya kepada kalian. (Al-Baqarah: 185)
Menurut Ibnu Katsir ayat tersebut menjadi dasar para ulama fiqih sebagai landasan adanya takbiran ketika ibadah Ramadhan telah berakhir.
Daud ibnu Ali Al-Asbahani Az-Zahiri berpendapat wajib membaca takbir dalam Hari Raya Idul Fitri berdasarkan makna lahiriah perintah yang terkandung di dalam firman-Nya.
Rasulullah SAW dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha memperbanyak takbir. Nabi SAW bersabda:
زينوا اعيادكم بالتكبير
“Hiasilah hari raya kalian dengan memperbanyak membaca takbir”.
Takbir pada saat Idul Fitri termasuk dalam takbir mursal. Menggemakan takbir pada malam Idul Fitri merupakan salah satu amalan menghidupkan hari raya. Amalan menghidupkan hari raya adalah amalan istimewa penyempurna Ramadan. Hal ini tertuang pada hadis yang berbunyi:
“Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, Allah akan menghidupkan hatinya di saat hati-hati orang sedang mengalami kematian."
Ustaz Muhammad Ajib dari Rumah Fiqih Indonesia menjelaskan, takbiran boleh dilakukan secara berjamaah atau sendirian dan dengan suara keras ataupun suara lirih. Pada umumnya memang takbiran dilakukan secara berjamaah dan dengan suara yang keras. Hal ini boleh boleh saja dilakukan sebagai bentuk syiar agama islam.
Imam Ibnu Qudamah di dalam kitab Al-mughni menyebutkan bahwa takbiran boleh dilakukan secara berjamaah dengan suara yang keras sebagai bentuk syiar dan untuk mengingatkan orang lain. Hal ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh sahabat Ibnu Umar. Bahwa beliau pernah bertakbir pada hari raya sehingga orang-orang pun ikut bertakbir juga bersama beliau di masjid dan di pasar.
Disebutkan juga di dalam kitab shohih Bukhori bahwa khalifah Umar Bin Al-khattab pernah bertakbir di mina. Kemudian para sahabat lainnya yang berada di mina dan di pasar mendengar takbir beliau dan ikut bertakbir bersama dengan beliau.
Nah, berikut ini lafadz bacaan takbiran yang dianjurkan untuk kumandangkan pada malam Hari Raya Idul Fitri.
Bacaan Takbiran Idul Fitri
اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَر ,اللهُ اَكْبَر وَللهِ الحَمْدُ
Latin: Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar. Laailaaha illallah wallahu akbar, Allahu akbar walillahilhamdu
Artinya, “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar dan segalapuji hanya bagi Allah”
Bacaan Takbiran Idul Fitri Panjang
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ اِلَّا اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَر وَللهِ الحَمْدُ
Latin: Allaahu akbar kabiiraa, walhamdu lillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa ashiilaa, laa ilaaha illallaahu wa laa na‘budu illaa iyyaahu mukhlishiina lahud diina wa law karihal kaafiruun, laa ilaaha illallaahu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar walillaahil hamdu.
Artinya, “Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah mahabesar dan hanya bagi Allah segala puji.”
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait