Di tengah kesibukan memimpin kerajaannya, Mambang Yazid juga tidak lupa untuk memberikan kasih sayang kepada adik-adiknya yang harus menjadi yatim piatu, akhirnya berkat kasih sayang Mambang Yazid, perlahan lahan adiknya sudah tidak merasakan kesedihan lagi.
Putri Hijau yang paling terpukul telah pula ikhlas kepergian ayahanda. Dia sadar dunia ini hanya sementara. Semua punya batas, termasuk usia. Maka, dia berpikir akan memanfaatkan setiap waktu ada untuk menanam kebaikan.
Putri Hijau kian matang. Keindahan wajah dan tubuh, berpadu dengan kematangan jiwa, melahirkan pesona yang tiada tara. Tidak sekali dua kali pula dia membantu Mambang Yazid dalam mencari jalan keluar dari masalah yang melanda Kerajaan. Jawaban yang diberikan Putri Hijau selalu tepat dalam mengatasi setiap masalah.
Dia pun jadi pujaan rakyatnya. Apalagi kian hari kecantikannya kian bercahaya. Bahkan setiap menjelang senja, saat dia merenung dan berdoa di taman belakang istana, tubuhnya memancarkan bercahaya hijau. Cahaya hijau itu seolah memanjat udara, menembus awan, dan berpendar-pendar di langit paling jauh.
Cahaya ini yang mengundang keheranan seorang Raja Aceh, dia bingung melihat cahaya hijau di langit dan memerintahkan para menterinya untuk mencari tahu darimana asal cahaya hijau itu. Akhirnya para menteri pun bersiap untuk mencari darimana asal cahaya itu. Singkat cerita mereka berhasil mendapatkan info tentang cahaya hijau itu dari beberapa masyarakat Deli, dan segera bergegas untuk pulang ke Aceh dan memberikan info itu kepada Sultan Aceh.
Tak lama kemudian Sultan Aceh pun kembali memerintahkan untuk kembali menghadap ke Kesultanan Deli dengan membawa perhiasan yang sebenarnya memiliki tujuan untuk meminang Putri Hijau. Sesampai disana mereka disambut hangat dan para menteri akhirnya menyampaikan pesan dari Sultan Aceh yang mana ingin meminang adik Mambang Yazid yaitu Putri Hijau.
Setelah itu Mambang Yazid akhirnya menanyakan kepada sang adik, apakah ingin menerima tawaran dari Sultan Aceh? Lalu sang adik menjawab dengan sangat ragu ragu, kalau dia belum siap untuk menjadi seorang istri dari Sultan Aceh. Mambang Yazid pun akhirnya memberitahukan keputusan sang adik kepada para menteri Sultan Aceh, akhirnya mereka pulang dan menteri pun menyampaikan apa yang di sampaikan oleh Sultan Deli.
Sultan Aceh marah dan merasa terhina karena penolakan yang telah dilakukan oleh Sultan Deli. Dia pun akhirnya memerintahkan para menterinya untuk bersiap menyerang Kesultanan Deli.
Singkat cerita akhirnya terjadilah peperangan yang berlangsung selama berhari hari. Sultan Deli akhirnya menyampaikan pesan kepada adiknya jika nanti akhirnya tertangkap dan harus ikut bersama Sultan Aceh.
“Jangan sedih, Dinda. Kanda akan tetap menjaga sebagaimana pesan Ayahanda. Dengar baik-baik pesan Kanda. Bila Raja Aceh itu menawan Adinda, mintalah padanya keranda kaca. Berbaringlah Dinda di dalamnya selama pelayaran dari ke Aceh. Lantas, sebelum kapal kalian sampai ke Aceh, mintalah kepada Raja Aceh, agar setiap rakyatnya melemparkan sebutir telur dan segenggam bertih ke laut. Itu saja. Semoga kita dapat berjumpa kembali,” ujar Sultan Deli kepada adiknya.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait