Sidik, panitia acara mengataka, siulan penonton sebagai pemicu utama kericuhan. “Kericuhan diduga terjadi saat pemain kuda kepang mendengar suara siulan dari penonton,” ujar Sidik, Kamis (21/8/2025).
Dalam tradisi kuda kepang, siulan dianggap sebagai tindakan tidak pantas karena dapat mengganggu konsentrasi pemain yang sedang berada dalam kondisi trance atau kerasukan. Ketidaksopanan tersebut memicu ketegangan yang berujung pada dugaan kekerasan.
Petugas dari Polsek Prapat Janji, pemerintah desa, dan panitia acara segera turun tangan untuk memediasi kedua pihak. “Atas pertikaian tersebut, kedua belah pihak akhirnya melakukan perdamaian secara kekeluargaan dan saling memaafkan untuk kebaikan bersama,” katanya.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait