Ilustrasi Marga Suku Batak

JAKARTA, iNews.id - Marga Suku Batak menunjukkan asal keturunan mereka. Sebagai salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia, Suku Batak, Sumatera Utara, menampilkan beragam ciri khas.

Indonesia terdiri atas berbagai suku yang tersebar di beberapa pulau. Budaya di sejumlah suku ini pun masih terasa kental dalam sebuah tradisi atau nama pada setiap warganya. Salah satunya suku batak yang memiliki marga.

Suku Batak berasal dari Sumatera Utara. Suku Batak memiliki enam sub suku, yaitu Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun, dan Toba. Semua sub-etnis suku Batak memiliki marga yang diwarisi dari keturunan mereka, dan banyak marga yang dimiliki oleh beberapa sub-etnis. 

Berikut Marga Suku Batak

Batak Toba

Suku Bangsa Asli Sumatera Utara, Suku Batak (Foto: Dok Humas Sumut)

Suku Batak Toba yang berasal dari daerah Sumatera bagian utara dan bermukim terutama di Kabupaten Toba Samosir yang meliputi wilayah Balige, Porsea, Laguboti dan sekitarnya. Orang Batak selalu memiliki nama keluarga/marga. Nama/marga ini berasal dari garis keturunan ayah (patrilinear) dan kemudian terus diturunkan kepada keturunannya.

Marga Batak yang tinggal di wilayah Toba, Kabupaten Toba Samosir, sangat beragam. Namun dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

Marga keturunan Borbor (Lubis, Pasaribu, Sipahutar, Tanjung) menduduki wilayah timur (Kecamatan Borbor, Laguboti, Habinsaran, dan Nassau).

Marga keturunan Nai Rasaon (Butarbutar, Manurung, Sirait, dan Sitorus) menduduki wilayah utara (Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Porsea, Parmaksian, dan Uluan).

Marga keturunan Sibagot Ni Pohan (Tampubolon, Baringbing, Silaen, Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Panjaitan, Siagian, Pardosi, Sianipar, Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede) menduduki wilayah selatan (Kecamatan Balige, Habinsaran, Siantar Narumonda, Sigumpar, Silaen, Tampahan).
Marga keturunan Silahi Sabungan (Silalahi dan Tambun/Tambunan) menduduki wilayah selatan (Kecamatan Balige).

Marga keturunan Sipaet Tua (Aruan, Hutahaean, Hutajulu, Hutapea, Pangaribuan, Sibarani, Sibuea) menduduki wilayah selatan (Kecamatan Laguboti dan Silaen).

Batak Karo

Suku ini merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara. Nama suku ini dipakai sebagai nama salah satu Kabupaten di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa yang disebut Karo atau Cakap Karo.

Masyarakat Karo memiliki sistem sosial atau adat yang dikenal dengan merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu.  Marga berarti laki-laki dan Beru berarti perempuan.  Merga atau Beru dipakai setelah nama seseorang. 

Merga masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok utama (marga inti/pokok) yang disebut merga silima. Kelima marga tersebut ialah;

Marga Ginting (Ajartambun, Babo, Guru Patih, Jandibata, Manik, Munte, Seragih)
Marga Karo-karo (Barus, Gurusinga, Kaban, Ketaren, Purba, Paroka, Sinukaban, Surbakti, Sinulingga, Torong)

Marga Perangin-angin (Benjereng, Kacinambun, Laksa, Mano, Namohaji, Pinem, Sebayang, Sukatendel, Ulunjandi)
Marga Sembiring (Brahmana, Colia, Depari, Gurukinayan, Keloko, Muham, Pandebayang, Sinupayung. Marga Tarigan (Bondong, Gersang, Jampang, Kerendam, Purba, Sibero, Tambak, Tendang).

Nama keluarga diwarisi dari ayah, dan nama keluarga ayah juga merupakan nama keluarga anak laki-laki. Orang dengan Marga yang sama dianggap saudara kandung dalam arti bahwa mereka memiliki nenek moyang yang sama. 

Ketika laki-laki memiliki nama keluarga yang sama, mereka disebut (b)ersenina. Demikian pula perempuan yang memiliki marga yang sama disebut juga (b)ersenina.

Namun, laki-laki dan perempuan dengan nama yang sama disebut Erturang, maka pernikahan dilarang kecuali marga Sembiring (Sembiring Kembaren).

Batak Pakpak

Suku Pakpak adalah suku bangsa yang tergolong dalam sub suku Batak dan umumnya tinggal di Pulau Sumatera, Indonesia. 

Marga Pakpak (Anakampun/Nahampun, Berutu/Barutu, Gajah Manik, Kudadiri, Lingga, Manik (Kecupak), Munthe, Padang, Solin, Tinambunan). Masyarakat Pakpak terikat pada struktur sosial yang dikenal secara lokal sebagai Sulang Silima. Sulang Silima terdiri atas 5 unsur: 

Sinina tertua (Perisang-isang (keturunan atau generasi tertua)
Sinina penengah (Pertulan tengah (keturunan atau generasi yang di tengah)
Sinina terbungsu (Perekur-ekur (keturunan terbungsu) 
Berru (kerabat penerima gadis)
Puang (kerabat pemberi gadis)

Batak Simalungun

Suku Simalungun mendiami wilayah Simalungun dan sekitarnya. Marga asli Simalungun yakni Damanik dan tiga marga pendatang, yaitu Saragih, Sinaga, dan Purba. Marga tersebut kemudian menjadi empat marga besar di Simalungun. 

Empat marga asli Simalungun yang dikenal dengan akronim SISADAPUR, yaitu: Sinaga, Raja Saniang Naga Saragih, Raja Banua Sobou Damanik, Raja Nagur Purba, Raja Banua Purba. Keempat marga ini adalah hasil dari “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) untuk tidak saling menyerang atau bermusuhan di antara empat Raja Besar (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mengimbang munssuh).

Batak Angkola

Batak Angkola salah satu suku yang membentuk suku Batak, bersama dengan Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, dan Batak Mandailing. Batak Angkola memiliki kekerabatan (tarombo) dengan marga Batak Toba dan Batak Mandailing. 

Selain itu, ketiganya memiliki beberapa kesamaan dalam bahasa dan budaya tempat tinggal kebanyakan orang. Salah satu masyarakat adat Sumatera Utara, suku Angkola memiliki identitas sosial berupa marga. 

Marga suku Angkola yaitu Batubara, Harahap, Lubis, Matondang, Nasution, Pohan, Rambe, Siregar, Tanjung. 

Dalam perkembangannya banyak Suku Toba membuka desa-desa baru di selatan tepatnya di tanah ulayat suku Angkola, dan sepenuhnya mengadopsi adat Angkola.

Batak Mandailing

Suku Mandailing merupakan komunitas adat yang terkonsentrasi di kabupaten Mandailing Natal yang ditemukan di sebagian kabupaten Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Tapanuli Selatan di Sumatera Utara. Di luar Sumatera Utara juga terdapat komunitas Mandailing yang tersebar di kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat Sumatera Barat. 

Marga ini juga dilestarikan hingga saat ini dalam komunitas Batak Mandailing. Marga Tanah Mandailing Godang berkerabat dengan marga Batak Utara. 

Marga yang ada di Tanah Mandailing, yaitu Hasibuan, Tanjung, Matondang, Dalimunte, Batubara, Lintang, Daulay, Lubis, Pulungan, Nasution, Harahap, Rangkut8i, Raorao, Hutasuhut).

Dalam adat Batak, keturunan tidak hanya diberikan pada saat perkawinan, tetapi jika seseorang berhubungan baik dengan teman atau kenalannya, orang tersebut dapat "dinaturalisasi" menjadi orang yang bermarga. Proses pemberian marga itu sendiri telah mengalami upacara adat khusus, dan hukum (siapa yang menganugerahkan marga) sama kuatnya mengenai keanggotaan berdasarkan "kekerabatan".

Nama upacara adat untuk menganugerahkan marga adalah Upacara Mangain. Mangain (pampe marga) atau pemberian marga menegaskan pengain (pihak yang diberikan marga) untuk menjadi wali yang lain. 

Mangain tidak boleh disalahartikan sebagai adopsi. Pemberian marga kepada non-Batak harus dilihat dari bagaimana penerima marga berpikir dari anggota baru dan individu baru dalam kaitannya dengan rasa ingin tahu mereka tentang praktik (paradaton) yang ada di masyarakat Batak.

Nah, itu marga suku Batak yang menjadi salah satu suku bangsa dengan populasi terbesar di Indonesia.


Editor : Nani Suherni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network