JAKARTA, iNews.id - Saat ini, 189 negara di dunia telah mengonfirmasi kasus positif Covid-19, termasuk Indonesia. Beberapa negara memutuskan lockdown sebagai langkah menekan penyebaran virus yang telah menginfeksi 381.462 orang dengan 16.550 kematian di seluruh dunia per Selasa (24/3/2020) pagi.
Sementara di Indonesia, tercatat 579 kasus positif Covid-19 dengan 500 orang dalam perawatan, 30 sembuh dan 49 meninggal dunia, berdasarkan data per Senin (23/3/2020).
Merespons hal tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan alasan mengapa tidak memilih karantina wilayah alias lockdown seperti negara-negara lain untuk mengatasi penyebaran virus corona.
"Kemudian ada yang bertanya kenapa kebijakan lockdown tidak kita lakukan. Perlu saya sampaikan, setiap negara memiliki karakter, budaya, kedisplinan yang berbeda-beda. Oleh karena itu kita tidak memilih jalan itu (lockdown)," kata Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Hal ini disampaikan Presiden Jokowi dalam rapat terbatas dengan tema 'Pengarahan Presiden kepada Para Gubernur Menghadapi Pandemik Covid-19' melalui konferensi video bersama dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, para Menteri Kabinet Indonesia Maju dan 34 gubernur se-Indonesia. Inilah rapat konferensi video pemerintah pusat dengan semua kepala daerah se-Indonesia secara lengkap untuk mengentaskan wabah Covid-19.
"Sudah saya pelajari. Saya memiliki analisis-analisis seperti itu dari semua negara. Saya memiliki semuanya. Kebijakannya seperti apa, semua dari Kementerian Luar Negeri, dari duta besar-duta besar yang ada terus kita pantau setiap hari," katanya.
Jokowi mengungkapkan, apa yang cocok diterapkan di Indonesia yakni dengan menjaga jarak fisik antarindividu masyarakat alias physical distancing.
"Jadi yang paling pas di negara kita physical distancing menjaga jarak aman. Kalau hal itu bisa dilakukan, saya yakin kita bisa mencegah penyebaran COVID-19 ini," ujar Kepala Negara.
Menurutnya, untuk menjaga jarak antarindividu manusia itu membutuhkan sebuah kedisplinan dan ketegasan yang kuat.
"Saya baca sebuah berita, jangan sampai yang sudah diisolasi, masih membantu tetangganya yang mau hajatan," ucapnya.
"Ada yang sudah diisiolasi masih beli handphone dan belanja di pasar. Kedisplinan untuk mengisolasi yang penting, partial isolated, mengisolasi sebuah RW, mengisolasi sebuah kelurahan penting tapi betul-betul dengan kedisplinan yang kuat. Kalau ini bisa dilakukan saya yakin skenario yang kita pilih bisa menghasilkan hasil yang baik," kata Presiden.
Belakangan, aktivitas petugas membubarkan konsentrasi massa dengan berbagai keperluan, mulai dari keperluan sosial-rekreasional dan lain-lain, semakin digalakkan. Imbauan terus dikumandangkan petugas ke permukiman dan pusat keramaian. Bahkan hingga menunggui mereka seraya memastikan warga pulang ke rumah setelah imbauan tersebut.
Sejauh ini sejumlah negara memilih isolasi wilayah, baik untuk daerah tertentu maupun seluruh negara untuk mengatasi pandemi Covid-19. Negara-negara itu yakni China (Provinsi Hubei dan kota-kota di sekitarnya), Italia, Spanyol, Prancis, Irlandia, El-Salvador, Belgia, Polandia, Argentina, Yordania, Belanda, Denmark, Malaysia, Filipina dan Libanon.
Data yang diperoleh per Senin (23/3/2020), sebaran pasien positif Covid-19 di Indonesia yakni DKI Jakarta (353 orang), Jawa Barat (59 orang), Banten (56 orang), Jawa Timur (41 orang), Jawa Tengah (15 orang), Kalimantan Timur (11 orang), Yogyakarta (lima orang), Kepulauan Riau (lima orang), Bali (enam orang).
Selanjutnya, Sulawesi Tenggara (tiga orang), Sumatera Utara (dua orang), Kalimantan Barat (dua orang), Kalimantan Tengah (dua orang), Sulawesi Selatan (dua orang), Papua (dua orang), Riau (satu orang), Jambi (satu orang) Lampung (satu orang), Kalimantan Selatan (satu orang), Sulawesi Utara (satu orang), Maluku (satu orang), Maluku Utara (satu orang).
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait