Pilu, Orang Utan Ditangkap Warga di Karo Akhirnya Mati usai Dirawat, Ada Retakan Tulang (Foto: Dok Polres Tanah Karo)
Antara

MEDAN, iNews.id - Orang utan yang sempat viral ditangkap warga karena masuk ke ladang di Desa Kuta Pengkih, Kecamatan Mardinding, Kabupaten Karo, akhirnya mati. Petugas menemukan adanya retakan tulang dan bekas penganiayaan di tubuh orang utan tersebut.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara (Sumut) kini melakukan investigasi terkait matinya orang utan Sumatera (Pongo abelii) tersebut.

"Terkait adanya kekerasan fisik dan temuan luka pada orang utan, BBKSDA Sumut telah menerbitkan surat perintah untuk melakukan investigasi terhadap kasus tersebut," kata Kepala BBKSDA Sumut, Rudianto Saragih Napitu, Selasa (24/1/2023).

Rudianto mengimbau kepada masyarakat jika menemukan adanya satwa liar orang utan Sumatera berada di lokasi kebun milik warga agar tidak melakukan atau menghindari perbuatan maupun tindakan yang dapat melukai dan bahkan mengancam nyawa dari satwa liar tersebut.

"Karena satwa ini termasuk jenis satwa yang dilindungi undang-undang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM/1/12/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi," katanya.

Rudianto menyebutkan, BBKSDA Sumut, YEL-SOCP dan YOSL-OIC mengevakuasi orang utan dari Desa Kuta Pengkih, Kecamatan Mardinding, Kabupaten Karo, Sabtu (21/1/2023). Berdasarkan keterangan di lapangan, orang utan sudah dipindahkan dari Kuta Pengkih ke Puskesmas Kuta Kendit. Di lokasi tim bertemu dengan Kepala Satuan (Kasat) Intel Polsek Mardinding dan Kepala Desa Kuta Pengkih.

Tim mendapati orang utan ditempatkan di ruangan perawatan di Puskesmas Kuta Pengkih dalam kondisi masih terikat dengan tali dan bambu.

"Saat itu juga segera dilakukan pemeriksaan kondisi satwa," katanya.

Tindakan selanjutnya dilakukan pembiusan untuk memindahkan orangutan ke kandang transport. Setelah terbius dan ikatan tali dibuka, tim melakukan tindakan medis dengan mengobati luka pada tangan, memberikan obat penahan rasa sakit dan juga vitamin.

Selanjutnya, orang utan segera dibawa di SOCP Batu Mbelin untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dan selama perjalanan selalu dimonitor oleh dokter hewan khusus orangutan.

Pada Sabtu (21/1/2023) tim tiba di SCOP pada pukul 13.30 WIB dan segera dilakukan perawatan intensif terhadap orang utan, diberikan cairan infus, obat-obatan dan pemberian vitamin. Pukul 16.00 WIB orang utan mulai sadar dan mau makan buah dan minum spuit. Berdasarkan hasil x-ray di dapati retak pada tulang punggung dan bekas luka kekerasan fisik.

Namun keesokan harinya pada Minggu (22/1/2023) sekira pukul 17.34 WIB orang utan mengalami kesulitan bernafas (pernafasan irreguler). Orang utan tersebut tidak terselamatkan.

"Tindakan selanjutnya melakukan nekropsi dan pengambilan darah orang utan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setelah itu dilakukan penguburan orang utan tersebut," kata Rudianto.


Editor : Nani Suherni

BERITA TERKAIT