Masinton menegaskan bahwa jalur Sibolga–Tarutung merupakan akses jalan nasional yang vital, sehingga ketika tertutup longsor akibat cuaca ekstrem, seluruh aktivitas transportasi terhenti.
Dia bahkan sudah dua hari berada di Desa Sibalanga untuk membantu tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Sumut membuka akses jalan dengan menggunakan alat berat ekskavator.
Pantauan di lokasi, kendaraan truk, minibus hingga angkutan umum menuju Tapteng tidak dapat bergerak terjebak macet. Banyak pengemudi akhirnya menginap di hotel atau rumah makan di Kecamatan Adiankoting, sementara sebagian lainnya memilih tidur di dalam mobil agar bisa segera melanjutkan perjalanan begitu jalan kembali terbuka.
Seorang warga Tapteng, Nuraini Bancin menceritakan pengalamannya terjebak longsor di Desa Sibalanga. Sepeda motornya terpaksa ditinggalkan karena jalan tertutup material. Dalam kondisi hujan deras, dia berjalan kaki selama enam jam dari Desa Sitauis menuju Adiankoting.
Nuraini akhirnya menunda perjalanannya ke Tarutung dan memutuskan kembali ke Sibolga setelah melihat banyak titik longsor di desa-desa lain.
Bencana longsor ini menunjukkan betapa rentannya akses utama di wilayah Tapanuli Utara terhadap cuaca ekstrem. Hingga kini, upaya pembersihan jalan masih terus dilakukan agar jalur vital penghubung antarwilayah dapat kembali digunakan.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait