JAKARTA, iNews.id - Kematian Aldi Sahilatua Nababan, mahasiswa di Bali, meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya. Pemuda berusia 23 tahun yang ditemukan tidak bernyawa di kamar kosnya di Kabupaten Badung itu diduga kuat korban pembunuhan sadis.
Ibu korban tidak kuasa menahan pilu setelah melihat kondisi jenazah putranya yang mengenaskan. Alat kelamin pecah, sekujur tubuh lebam, mulut dan hidung juga berdarah. Selain itu, engsel siku tangan bergeser, sebagaimana disebutkan kakak kandung korban, Monalisa Nababan.
Dalam video yang dibagikan Monalisa di Instagram, sang ibu terlihat berteriak histeris di rumah sakit saat menunggu autopsi jenazah Aldi. Dia mempertanyakan kenapa putranya tewas dan alasan keluarga tidak bisa menyaksikan autopsi.
"Tuhanku na burju (yang baik), tolong kami Tuhan, kenapa tidak boleh menyaksikan anak kami? Ada apa ini sebenarnya? Kenapa tidak bisa? Kenapa tidak diperbolehkan ada saksi dari kami," teriak ibu Aldi meluapkan kesedihannya.
Aldi Sahilatua Nababan diketahui berasal dari Kota Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput). Dia tercatat sebagai mahasiswa di salah satu kampus internasional di Bali yang rencananya akan lulus Desember ini.
Monalisa Nababan mengaku mendapat kabar adiknya tewas Sabtu (18/11/2023) pukul 09.00 WIB. Saat itu, petugas Polsek Kuta Selatan meneleponnya.
"Saya ditelepon polisi dari Kuta Selatan yang menyampaikan adik saya meninggal dunia di kamar kosnya," kata Monalisa saat ditemui di RS Bhayangkara, Rabu (22/11/2023).
Keluarga yang syok segera mereka menghubungi kerabat di Bali untuk memastikan informasi tersebut. Mereka mendapat kabar, kondisi Aldi saat ditemukan sangat mengenaskan. Banyak luka lebam di sekujur tubuh dan alat kelaminnya rusak.
"Alat kelaminnya rusak, semacam ada sobek. Dari situlah keluar darah. Ada darah di bagian mulut dan hidung juga. Ada memar lengan tangan kanan dan engselnya bergeser," ungkapnya.
Monalisa mengatakan, kerabat di Bali juga menyebutkan kamar Aldi bersimbah darah saat mayatnya ditemukan. "Kamarnya bersimbah darah, lantai penuh darah," ujarnya.
Meski kematian Aldi mencurigakan, keluarga merasa tidak mendapat keterangan jelas dari polisi yang menangani kasus itu. Mereka kemudian meminta agar jenazah Aldi dikirimkan dari Badung, Bali, ke Medan untuk selanjutnya diautopsi dan mengungkap penyebab kematiannya.
"Kami merasa dipersulit dengan pernyataan-pernyataan mereka (polisi). Makanya, kami putuskan mayat dikirim dari Bali ke Medan pada Minggu siang. Jenazah baru tiba di Medan Senin subuh. Sampai di Medan, baru kami minta diautopsi," ujar Monalisa.
Keluarga menduga kuat Aldi dibunuh karena menemukan banyak kejanggalan. "Dugaan kami, adik saya dibunuh secara sadis. Semoga keadilan berpihak kepada kami," kata Monalisa.
Monalisa berharap, setelah autopsi di RS Bhayangkara Medan, penyebab kematian adiknya segera terungkap.
"Kami lihat setelah ada foto yang beredar di rumah sakit, adik saya penuh dengan darah. Adik saya dianiaya secara sadis," tuturnya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait