Deretan Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal
3. Bukit Umanyar
Di wilayah Bali tercatat sering terjadi bencana gempa bumi. Pada 1917, gempa menghantam Bali dengan kekuatan M7. Gempa tersebut berlangsung selama 50 detik, mengakibatkan bangunan hingga pura rata dengan tanah.
Selain itu, Bali juga pernah dihantam gempa bumi berkekuatan 6,5 SR pada 1976. Peristiwa tersebut terekam dalam cerita rakyat, yang mengisahkan bagaimana Bukit Umanyar konon awalnya tidak berada di dekat laut.
Cerita tersebut mengisahkan, dulu kala bukit itu berjalan menuju laut. Hingga akhirnya seorang yang memelihara bebek tersentak serta berteriak, “Bukit Umanyar berjalan menuju laut!”
Perihal kebencanaan di Bali tidak hanya terdapat di cerita lisan saja, namun juga terdapat pada lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi. Pada naskah tersebut, pesisir pantai tidak dianjurkan menjadi kawasan permukiman, kecuali untuk pelabuhan.
4. Teteu Amusiast Loga
Masyarakat Mentawai mempunyai mitigasi bencana dengan kearifan lokal. Mereka memiliki lagu berjudul Teteu Amusiast Loga. Lagu tersebut sering dinyanyikan oleh anak-anak ketika bermain.
Lagu Teteu Amusiast Loga ini layaknya early warning system yang bersifat kultural bagi masyarakat Mentawai. Lagu tersebut mengingatkan masyarakat Mentawai akan bahaya gempa bumi.
Bahkan, lagu Teteu sudah ada sejak nenek moyang mereka mendiami Mentawai. Dalam Bahasa Mentawai, Teteu diartikan sebagai kakek atau gempa bumi. Sementara Amusiat Loga diartikan sebagai bentuk kepanikan tupai saat terjadi gempa.
Bagi masyarakat Mentawai, Teteu merupakan salah satu penguasa bumi. Apabila Teteu murka, dia akan menggoncangkan Bumi hingga terjadi gempa. Sebelum gempa mengguncang, terdapat tanda yang disampaikan oleh binatang. Misalnya, tupai akan tampak gelisah.
Selain itu, ayam juga akan berkotek tanpa ada sebab. Teteu Amusiast Loga ini menceritakan tentang kearifan masyarakat Mentawai guna menjaga keseimbangan alam sehingga terhindar dari bencana.
Editor: Donald Karouw