get app
inews
Aa Text
Read Next : Menteri Kebudayaan Sebut Istana Maimun Layak Jadi Cagar Budaya Nasional

Istana Maimun, Sejarah hingga Legenda Meriam Puntung

Senin, 25 Juli 2022 - 14:05:00 WIB
 Istana Maimun, Sejarah hingga Legenda Meriam Puntung
Wisata Seru di Kota Medan, Istana Mainum (Foto: Instagram/Istana mainoon)

JAKARTA, iNews.id - Istana Mainum menyimpan sejarah hingga legenda meriam puntung. Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Deli yang dipimpin Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun 1973 dan merupakan salah satu ikon Kota Medan, Sumatera Utara. 

Istana ini mulai dibangun pada tanggal 26 Agustus 1888 oleh arsitek TH Van Erp yang bekerja juga sebagai Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) atau tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Pembangunan Istana Maimun selesai pada tanggal 18 Mei 1891. Desain bangunan merupakan sebuah perpaduan antara Indonesia, Persia, dan Eropa. Nuansa Melayu terlihat jelas pada bangunan yang berlokasi di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. 

Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dengan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke Timur dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan.

Dahulu pada bangunan induk, ruang utama digunakan sebagai tempat penobatan Sultan Deli, acara tradisional, serta tempat Sultan Deli menerima tamu kehormatan atau sanak saudaranya. Ruang utama ini memiliki luas 412 meter persegi yang didominasi dengan warna kuning.

Cerita Legenda yang Berkaitan dengan Istana Maimun

Istana Maimun yang dipenuhi pengunjung saat momen libur panjang dan cuti bersama. (foto: iNews/Ahmad Ridwan Nasution)
Istana Maimun yang dipenuhi pengunjung saat momen libur panjang dan cuti bersama. (foto: iNews/Ahmad Ridwan Nasution)

Saat ini Istana Maimun menjadi salah satu objek wisata bersejarah bagi masyarakat Indonesia. Di samping istana terdapat pecahan meriam yang konon katanya memiliki kisah yang erat dengan saudara dari Puteri Hijau. 

Kisah Meriam Puntung cukup melegenda bagi masyarakat Kota Medan. Berdasarkan hikayat, Meriam Puntung (Meriam Buntung dalam bahasa Karo) adalah penjelmaan dari adik Puteri Hijau dari Kerajaan Haru yang memerintah sekitar tahun 1594 Masehi. Saat itu Puteri Hijau yang cantik jelita tersebut masih menganut agama dan kepercayaan nenek moyang.

Suatu hari, Puteri Hijau mendapatkan pinangan dari Sultan Aceh, namun Puteri Hijau menolaknya. Karena mendapatkan penolakan itu, Sultan Aceh pun murka lalu memutuskan untuk menyerang Kerajaan Haru. Lalu Sultan Aceh mengirimkan Panglima Gocah Pahlawan untuk menyerang Kerajaan Haru. Tapi karena bentengnya sangat kokoh, pasukan Aceh gagal menembusnya.

(Foto: Instagram IG@muelanthonius.photo)
(Foto: Instagram [email protected])

Menyadari jumlah pasukannya makin menyusut karena banyak yang terbunuh, panglima-panglima perang pasukan Aceh menggunakan siasat baru. Mereka menyuruh prajuritnya untuk menembakkan ribuan uang emas ke arah prajurit benteng yang bertahan di balik pintu gerbang.

Suasana menjadi tak terkendali karena para penjaga benteng itu berebutan uang emas dan meninggalkan posnya. Ketika mereka sedang sibuk memunguti uang emas, tentara Aceh menerobos masuk lalu dengan mudahnya menguasai benteng. 

Pertahanan terakhir yang dimiliki orang dalam istana adalah salah seorang saudara Puteri Hijau, yaitu Mambang Khayali yang dapat berubah menjadi meriam yang kemudian dikenal dengan sebutan Meriam Puntung. Tapi karena ditembakkan terus-menerus, meriam ini menjadi panas, meledak, terlontar, dan terputus dua.

Pecahannya terpental ke dua tempat yang berbeda. Salah satu ujungnya terpental ke Kampung Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Tanah Karo. Sementara itu, ujung yang lainnya kini berada di bangunan yang berada di halaman Istana Maimun.

Keduanya hingga kini masih dapat ditemui di kedua tempat itu dan menjadi benda yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Karena banyak berkembang cerita mistis mengenai keberadaan meriam tersebut. Hingga kini di atas meriam tersebut seringkali diberikan bunga, sementara di dekat ujung meriam yang terpecah ditaruh satu baskom air. 

Sang Puteri Hijau dibawa oleh kakaknya yang bernama Mambang Yazid. Mambang Yazid dapat menjelma menjadi seekor naga yang disebut Ular Simangombus. Lalu Puteri Hijau dibawa ke atas punggungnya dan menyelamatkan diri melalui sebuah terusan memasuki Sungai Deli, dan langsung ke Selat Malaka.

Bagian dalam Istana Maimun, Medan, Sumut. (Foto: iNews/Ahmad Ridwan Nasution)
Bagian dalam Istana Maimun, Medan, Sumut. (Foto: iNews/Ahmad Ridwan Nasution)

Hingga sekarang kedua kakak beradik ini dipercaya menghuni sebuah negeri dasar laut di sekitar Pulau Berhala. Sedangkan ada pula versi lainnya yang menyebutkan bahwa Puteri Hijau sebenarnya telah tertangkap. 

Dia ditawan lalu dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang akan dimuat ke dalam kapal untuk dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau memohon untuk diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal.

Atas permintaannya, dia diberikan berkarung-karung beras dan beribu-ribu telur. Tetapi ketika baru saja upacara dimulai, tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat, disusul dengan gelombang yang tinggi dan ganas. Dari dalam laut munculah jelmaan saudaranya, ular besar. Lalu Puteri Hijau dilarikan ke dalam laut dan mereka bersemayam di perairan Pulau Berhala.

Bagi Anda yang ingin berkunjung ke istana Maimun, jam bukanya yakni mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Harga tiket masuk orang dewasa sebesar Rp10.000 dan anak-anak sebesar Rp5.000.

Editor: Nani Suherni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut