5 Rumah Adat Sumatera Utara, Nomor 3 Tempat Tinggal Para Raja
JAKARTA, iNews.id - Rumah adat di Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri. Setiap jenisnya biasanya punya sejarah serta ciri khasnya masing-masing.
Sumatera Utama terdiri atas 33 kabupaten/kota. Tak jarang wisatawan akan menemukan sejumlah rumah adat Sumatera Utara dengan nama dan jenis berbeda-beda di setiap wilayah.

Rumah adat Sumatera Utara berbentuk panggung. Ciri khas rumah adat ini memiliki dua pintu atau ture yang dinamai ture jahe dan ture julu.
Atapnya rumah ini bentuknya trapesium dengan tutup atap bagian depan berbentuk segitiga. Rumah ini dibangun dengan konstruksi yang tidak memerlukan penyambungan.
Komponen bangunan disusun dengan pasak atau diikat dengan ijuk. Biasanya rumah adat ini di tempati delapan keluarga.
Rumah adat ini atapnya melengkung. Bagian depan terkadang dipasang tanduk kerbau. Dinding depan rumah Adat Sumatera Utara ini dihiasi ukiran tradisional Batak yang berwarna merah, putih dan hitam.
Bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal disebut Ruma, semantara untuk tempat penyimpanan disebut Sopo. Tiang penyangga rumah memiliki pondasi yang disebut dengan Batu Ojahan.
Uniknya, jumlah anak tangga ke arah pintu rumah yang biasanya berjumlah ganjil. Rumah adat ini ditempati satu hingga empat keluarga.

Rumah adat Bolon difungsikan sebagai tempat tinggal para raja. Ciri khas dari rumah panggung ini tidak memiliki jendela. Namun ada jeruji kayu sebagai sirkulasi udara sekaligus cahaya.
Bagian dalam bangunan terbagi dua yaitu ruang depan yang disebut lopo untuk raja, sementara ruang dalam untuk istri dan anak-anaknya. Di tengah ruangan ada tiang utama berwarna putih, merah, dan hitam yang dihiasi tanduk-tanduk kerbau.
Suku Nias tidak hanya terkenal dengan tradisi lompat batu namun juga keunikan rumah adatnya.
Ada dua jenis rumah di Suku Nias, yakni adat Nas yaitu Omo Hada dan Omo Sebua. Keduanya dibedakan berdasarkan fungsinya. Dalam sejarah Omo hada merupakan rumah untuk rakyat biasa berupa rumah panggung.
Di Nias Utara bangunan ini berbentuk persegi. Di Nias Selatan rumah adat ini berbentuk oval di atap.
Omo Hada terdapat jendela yang bisa dibuka agar sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan. Sementara, Omo Sebua lebih megah karena dihuni kepala desa atau kepala negeri.

Warga Mandailing biasanya menyebut rumah adat mereka dengan Bagas Godang. Rumah adat ini berbentuk panggung dengan material utama penyusunnya kayu.
Ciri khas lain dari rumah adat Mandailing adalah bagian atap berbentuk limasan bertingkat dengan runcingan di sisi kiri dan kanannya. Rumah adat ini difungsikan sebagai rumah tinggal dengan ruangan terbesar ada di tengah yang digunakan untuk berkumpul.
Editor: Nani Suherni