JAKARTA, iNews.id - Banjir bandang yang menerjang dua dusun di Desa Hatapang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Sumatera Utara (Sumut), merusak 122 rumah. Dari jumlah tersebut, 19 rumah warga di antaranya hancur, Minggu (29/12/2019) pukul 01.30 WIB.
Selain itu, jembatan rusak dan sinyal telekonomukasi putus total. Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam bencana tersebut.
Banjir Bandang Terjang Labuhanbatu Utara, 3 Rumah Hanyut dan 1 Jembatan Putus
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi (Pusdatin) BNPB, Agus Wibowo mengatakan, banjir bandang tersebut sudah ditangani tim BPBD Sumut dan relawan.
“Dilaporkan, bahwa semula Desa Hatapang belum bisa diakses, namun pukul 17.00 sore tadi sudah bisa dimasukin tim bersama Bupati Labura,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya.
Pantauan iNews, kondisi permukiman warga tampak porakporanda. Lumpur hingga batang kayu dari ukuran sedang hingga besar berserakan di sepanjang jalan. Akses jalan darat terputus akibat rusaknya jembatan dan tak dapat dilewati kendaraan. Warga bahkan terpaksa harus berjalan kaki untuk masuk maupun keluar kampung.
Pengakuan Imaran salah seorang warga, banjir datang secara tiba-tiba diawali dengan suara gemuruh. Warga panik berhamburan untuk menyelamatkan diri. Mereka berupaya menghindari terjangan kayu yang hanyut terbawa arus.
“Sewaktu hujan besar warga sudah ada yang mengevakuasi diri. Banjirnya datang seperti suara helikopter, gemuruh airnya begitu kencang,” ujar Imaran.
Kepala Desa Hatapang H Sihombing mengatakan, saat ini masih dilakukan pendataan atas kerusakan dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir bandang tersebut. Hasil sementara, ada seratusan rumah warga rusak, bahkan ada yang sampai rata dengan tanah dan hanyut terbawa arus.
“Data sementara, ada 122 rumah warga yang rusak dari dua dusun. Paling parah di dusun satu, ada 12 rumah dengan kondisi rusak parah dan tiga rata dengan tanah,” kata Sihombing.
Warga setempat kini hanya bisa berharap bantuan pemerintah setempat. Kebutuhan akan sembako dan makanan serta obat-obatan sangat mereka butuhkan untuk bertahan hidup sementara. Selain itu, warga juga membutuhkan alat berat untuk membersihkan kayu gelondongan yang berserakan di jalan. Warga juga mengeluhkan keberadaan perusahaan pengolah kayu gelondongan yang beroperasi di atas bukit barisan karena diduga pemicu terjadinya banjir bandang.
Editor: Kastolani Marzuki