JAKARTA, iNews.id - Ritual Manjuluk sebelum musim tanam benih kerap dilakukan oleh masyarakat Desa Sihaporas, Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Tujuannya adalah untuk menyampaikan permohonan keberkahan kepada para leluhur.
Ritual ini merupakan warisan turun-temurun Ompu Mamontang Laut Ambarita. Untuk melaksanakannya, terdapat aturan tertentu yang harus dijalankan.
Lantas, seperti apa ritual Manjuluk saat dijalankan? Dan bagaimana aturan pelaksanaannya? Simak ulasannya berikut ini yang dilansir iNews.id dari berbagai sumber, Senin (31/10/2022).
Ritual Manjuluk sebelum musim tanam benih
Manjuluk menjadi ritual berdoa kepada leluhur dan penjaga ladang atau penguasa tanah. Doa yang dimaksud berupa permintaan untuk mendapatkan keberhasilan dalam bercocok tanam.
Selain menjadi cara meminta keberhasilan, Manjuluk juga menjadi ajang untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap apa yang alam semesta telah sediakan untuk manusia.
Dengan ini, masyarakat yang mengelar ritual tersebut sekaligus mengadakan pemujaan terhadap Debata Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Kuasa.
Masyarakat percaya dengan menggelar ritual Manjuluk, maka bibit yang ditanam akan tumbuh subur dan terbebas dari hama. Imbasnya, hasil panen menjadi melimpah.
Cara melaksanakan ritual Manjuluk
Terdapat aturan tertentu dalam melaksanakan ritual Manjuluk yang harus dipatuhi. Namun yang paling penting adalah masyarakat harus menyediakan sesajen dalam ritual ini.
Sesajen yang dimaksud berupa ayam kampung, sirih, kemenyan atau dupa, dan jeruk purut. Sesajen tersebut nantinya akan diletakkan di depan orang-orang yang sedang berdoa.
Doa akan dipimpin oleh tetuah adat bersama dengan sejumlah orang di tengah ladang atau sebuah gubuk. Selesai memanjatkan doa, sesajen tersebut juga disebar di sisi benih yang telah ditanam.
Editor : Komaruddin Bagja