Suku di Sumatera Utara, Suku Batak (Foto: Dok Humas Sumut)

MEDAN, iNews.id - Suku di Sumatera Utara jumlahnya cukup banyak. Selama ini suku yang paling terkenal dan mendominasi di wilayah tersebut yakni Batak.

Sumatera Utara merupakan provinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Saking luasnya, suku yang menempati wilayah ini pun bermacam-macam.

Penduduk Sumatera Utara menurut golongan etnis terdiri atas penduduk asli Sumatera Utara yakni suku Melayu, Batak Karo, Simalungun, Pakfak/Dairi, Batak Toba, Mandailing, Pesisir dan Nias.

Sementara, golongan pribumi pendatang yakni suku Jawa, Sunda, Bali, Ambon, Minahasa, Banjar, Palembang, Riau, Minangkabau dan lain-lain. Sedangkan penduduk asing yakni orang-orang Arab, India, China dan bangsa-bangsa lain.

Berikut Suku di Sumatera Utara

1. Suku Batak Toba

Suku di Sumatera Utara (Foto: Dok Humas Sumut)

Suku Batak Toba merupakan bagian dari suku bangsa Batak. Batak Toba tidak mesti tinggal di wilayah geografis Toba, meski asal-muasal adalah Toba. 

Kini mereka menempati  Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. 

2. Suku Batak Karo

Suku Batak Karo merupakan suku terbesar di Sumatera Utara. Sebagian dari suku ini tinggal di daerah Aceh. Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah Bahasa Karo atau Cakap Karo. Pakaian hukum budaya suku Karo didominasi dengan warna merah dan hitam

Suku ini diaggap sebagai suku kekerabatan Batak, seperti kekerabatan Batak Toba, Batak Mandailing, dan lainnya. Namun, Suku Karo menganggap dirinya bukan bidang dari kekerabatan, melainkan berdiri sendiri.

3. Suku Melayu

Suku Melayu merupakan suku yang menghuni Semenanjung Malaya. Melayu sendiri berasal dari Kerajaan Melayu yang pernah ada di Sumatera. 

Suku Melayu terbagi menjadi beberapa bangsa. Secara ras atau rumpun bangsa, Melayu di Indonesia dibedakan dua gugusan, yaitu Melayu Proto dan Melayu Deutro.

Melayu Proto merupakan Melayu Tua yang datang sekitar 1500 SM, sedangkan Melayu Deutro merupakan Melayu Muda yang datang sekitar 500 SM. 

Selain itu, ada pula melayu yang termasuk bangsa di Indonesia, yaitu rumpun Melanesia yang bermukim di wilayah timur Indonesia.

4. Suku Nias

Suku di Sumatera Utara selanjutnya ada Nias. Suku ini  hidup di Pulau Nias, Sumatera Utara. Suku ini merupakan salah satu suku tertua. Masyarakat Suku Nias menamakan dirinya dengan sebutan “Ono Niha” yang memiliki makna Anak Manusia.

Suku ini sangat terkait hukum budaya dan kebudayaan yang tinggi. Hukum budaya di Nias secara umum mengatur segala bidang kehidupan dari lahir sampai meninggal. Sedangkan kasta Suku Nias mengenal sistem tingkatan, yang mana tingkatan kasta tertinggi adalah ‘Balugu’.

5. Suku Pesisir

Suku di Sumatera Utara selanjutnya yakni Pesisir. Penamaan Pesisir untuk kelompok masyarakat yang mendiami pesisir barat Sumatera Utara tidak pernah dikenal hingga akhir abad ke-20.

Rupanya, istilah ini dikemukakan untuk membedakan kelompok masyarakat di pesisir barat Sumatra Utara dengan masyarakat Batak di pedalaman. Berdasarkan ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatra Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan merupakan bagian dari etnis Batak.

Suku Pesisir biasanya tersebar di Tapanuli Tengah, sebagian Tapanuli Selatan, Natal dan Medan.

6. Suku Pakfak

Suku di Sumatera Utara selanjutnya yakni Suku Pakpak. Suku ini juga sering disebut Suku Batak Pakfak. Suku ini masuk ke dalam sub-suku Batak.

Orang Suku Pakpak ini tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Utara dan Aceh. Rinciannya di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatra Utara), serta sebagian Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam (Aceh).

7. Suku Mandailing

Suku di Sumatera Utara, Rumah adat Suku Mandailing (Foto: dok Poliban UBSU)

Suku Mandailing berbeda dengan Batak. Sehingga sebagian besar etnis Mandailing enggan disamakan dengan Batak. Peneliti Pussis Universitas Negeri Medan (UNIMED) Erron Damanik mengungkapkan, etnis Mandailing telah menolak disebut Batak sejak tahun 1922.

Sikap itu diikuti etnis Karo yang menolak disebut Batak sejak 1952, Simalungun sejak 1963, dan Pakpak menolak sejak 1964. Hanya etnis Toba dan Angkola saja yang tetap menerima disebut Batak. 

Mengutip pendapat sejarawan Vinner (1980), perbedaan mendasar dari kelompok etnik itu adalah yang  memiliki perbedaan bahasa yang mencolok.

8. Suku Simalungun

Suku di Sumatera Utara selanjutnya yakni Simalungun.  Leluhur suku ini konon berasal dari India Selatan tetapi ini hal masih diperdebatkan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. 

Namun, marga asli penduduk Simalungun yakni Damanik. Sementara, tiga marga pendatang yaitu Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga-marga (nama keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun.


Editor : Nani Suherni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network