Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) melaporkan lima warga luka ringan akibat terdampak longsor dan banjir. Sementara itu, Langkat menjadi salah satu titik pengungsian terbesar dengan 750 warga tercatat mengungsi. Wilayah lain seperti Madina, Padangsidimpuan, Sergai, dan Nias tidak melaporkan korban jiwa meski turut terdampak bencana.
Sebanyak 1.030 personel gabungan diterjunkan untuk merespons update banjir bandang-longsor di Sumut: 34 orang tewas dan 52 warga hilang. Mereka berasal dari Satwil, Ditsamapta, Sat Brimob, Bid TIK, dan Biddokkes Polda Sumut. Tugas personel mencakup evakuasi, pencarian korban hilang, pendataan, pengaturan lalu lintas, hingga pembangunan posko darurat.
Di Taput, tim Brimob fokus membuka akses jalan utama yang tertutup material longsor. Di Sibolga, pencarian puluhan warga yang masih hilang terus dilakukan di area yang sulit dijangkau.
“Tim bergerak siang dan malam karena medan cukup berat dan beberapa akses terputus,” ujar Ferry.
Polda Sumut juga menyiapkan bantuan kemanusiaan ke Taput, Tapteng, dan Sibolga pada Kamis (27/11). Bantuan berisi makanan siap saji, selimut, obat-obatan, perlengkapan evakuasi, dan logistik kebutuhan dasar bagi para pengungsi. Distribusi logistik disesuaikan dengan laporan kebutuhan di masing-masing posko.
Ferry menegaskan seluruh angka yang dirilis saat ini masih bersifat sementara. “Sejumlah wilayah belum dapat mengirim laporan lengkap karena hujan tidak berhenti dan akses lapangan terputus. Pembaruan akan dilakukan bertahap,” katanya. Data update banjir bandang-longsor di Sumut: 34 orang tewas dan 52 warga hilang masih bisa berubah mengikuti perkembangan di lapangan.
Polda Sumut mengimbau masyarakat tetap siaga terutama di daerah rawan longsor dan di bantaran sungai.
“Jika situasi mengancam keselamatan, segera mengungsi ke lokasi aman atau posko terdekat,” ujar Ferry.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait