5 Cerita Rakyat Sumatera Utara yang Harus Kamu Ketahui, Nomor 3 Paling Legendaris
JAKARTA, iNews.id - Cerita rakyat Sumatera Utara yang harus kamu ketahui. Sebagian cerita ini bahkan menjadi salah satu terbentuknya sebuah wilayah.
Sumatera Utara yang memiliki 33 kabupaten/kota ini menyimpan deretan cerita rakyat yang masih melekat. Tak jarang cerita rakyat Sumatera Utara ini masuk dalam sejarah.

Kehadiran Panorama Batu Gantung tak lepas dari cerita rakyat Sumatera Utara. Keberadaan Batu Gantung, selalu menarik perhatian para turis yang datang ke Danau Toba yang terletak di Parapat.
Pada zaman dahulu, di sebuah desa di tepi Danau Toba, hiduplah sepasang suami istri yang memiliki seorang anak gadis cantik jelita. Dadis itu bernama Seruni. Suatu hari, Seruni harus berpisah dengan pemuda pujaannya, yang bernama si Doli. Akan tetapi si Doli pergi merantau untuk mengumpulkan uang, sebagai biaya pernikahan.
Ayah Seruni yang terlilit hutang hingga tak sanggup membayar berniat menjodohkan anaknya. Mengetahui hal itu, Seruni pergi bersama anjingnya yang bernama Toki. Sesudah sampai ke sana, tak seperti biasanya Seruni hanya diam dan duduk termenung, dia teringat janjinya kepada si Doli.
Sang anjing bingung karena majikannya berjalan sangat cepat menuju tebing Danau Toba hingga terperosok. Seruni ketakutan dan berteriak meminta tolong kepada Toki anjing kesayangannya. Namun Toki hanyalah seekor binatang dan hanya bisa menggonggong melihat keadaan majikannya tersebut.
Putus asa dengan keadaan dan tidak ada yang bisa membantunya, Seruni berkata “Parapat... Parapat batu!!” yang artinya merapatlah batu. Tak disangka tiba-tiba dinding batu menghimpit badan Seruni.
Melihat kondisi ini, si Toki bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, orang tuanya sadar melihat tingkah si Toki yang terus menggonggong dan mengajak orang tuanya ke suatu tempat. Sesampainya di tepi tebing Danau Toba, orang tuanya mencoba membantu anaknya, namun batu itu sudah terlalu sempit dan semakin menghimpit badan Seruni.
Orang tuanya hanya mendengar teriakan anaknya yang terus menyebutkan “Parapat... Parapat batu!!” tiba-tiba batu-batu di situ berguncang yang membuat lubang itu menutup dengan sendirinya. Setelah guncangan tersebut, muncullah sebuah batu gantung yang membentuk tubuh seorang perempuan yang dipercaya batu jelmaan sosok Seruni.

Cerita rakyat Sumatra Utara yang harus kamu ketahui selanjutnya yakni Putri Hijau. Cerita ini berasal dari Kesultanan Deli.
Putri Hijau tak lain merupakan putri raja. Kecantikanya membuat raja dari tanah Aceh, Sultan Mukhayat Syah memersuntingnya. Namun Putri Hijau menolak.
Sultan Aceh menjadi marah dan menjadi alasan terjadinya perang antara prajurit Aceh dan Kesultanan Deli. Saat peperangan terjadi, Mamban Khayali yang merupakan kakak Putri Hijau menjelmakan dirinya menjadi sebuah meriam yang dapat menembaki musuh. Saat itu, Mambang Khayali merasa haus, namun dilarang untuk minum karena akan membahayakan kondisinya.
Akhirnya karena dia merasa sendi-sendinya lemah karena terus memuntahkan meriam, tubuhnya patah menjadi dua. Kepalanya terpental ke Aceh dan bagian belakangnya tinggal di Deli.
Saat Kesultanan Deli kala perang, Putri Hijau akhirnya ditawan dan dibawa ke Kerajaan Aceh. Sebelumnya, Mambang Yazid telah memberikan pesan pada Putri Hijau untuk meminta pada Raja Aceh agar ditempatkan di keranda kaca dan memanggilnya saat Putri Hijau tiba di Kerajaan Aceh.
Saat sedang mengadakan upacara penyambutan di tepi pantai kemudian Putri Hijau keluar dari keranda kacanya dan memanggil Mambang Yazid. Tiba-tiba turunlah angin ribut dan hujan lebat disertai halilintar, dan gulungan ombak yang amat dahsyat.
Lalu muncullah seekor naga raksasa dari dalam ombak dan langsung menuju ke kapal Sultan Aceh. Kapal Sultan Aceh dihantam dengan ekornya hingga kapal terbelah menjadi dua dan karam dengan segera. Sultan Mukhayat Syah selamat.
Dalam keadaan yang kacau itu, Putri Hijau segera kembali ke keranda kacanya sehingga pada waktu ombak menghantam kapal, dia dapat terapung-apung di atas laut. Sang Naga segera meluncur mengampiri keranda itu lalu mengangkatnya dengan kepalanya dan dibawanya ke Selat Malaka.

Danau toba terletak di Parapat Sumatera Utara, danau ini menjadi danau terbesar nomor 3 di Asia Tenggara, nomor satu Danau Kaspia, kedua Danau Baikal. Danau Toba memiliki cerita rakyat tentang asal usulnya. Awal mula kisahnya yakni seorang petani muda bernama Toba.
Suatu hari dia pergi untuk memancing ikan. Tak lama kemudian dia mendapatkan ikan mas yang ukurannya lumayan besar dibanding pada umumnya. Tak lama kemudian dia memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setelah sampai di rumah, alangkah terkejutnya Toba melihat ikan mas yang sebelumnya ingin dipotong dan dibersihkan, kini berubah menjadi sosok perempuan yang sangat cantik. Kemudian perempuan itu menjelaskan kepada Toba kalau dia putri yang dikutuk.
Putri itu pun berterima kasih kepada Toba, karena telah terbebas dari kutukan. Dia pun bersedia untuk menjadi istri Toba dengan syarat, jangan pernah memberitahu asal usulnya kepada orang.
Lalu menikahlah mereka, serta dikaruniai seorang putra bernama Samosir. Anak Toba memiliki nafsu makan yang tinggi, sehingga Toba harus bekerja lebih keras untuk memenuhi nafsu makan anaknya tersebut.
Pada suatu hari Samosir diminta ibunya untuk mengantarkan bekal kepada sang ayah ke ladang. Awalnya Samosir menolak tetapi berkat paksaan dari sang ibu, dia akhirnya bersedia untuk mengantarkan bekal.
Toba sangat senang setibanya Samosir di ladang dengan membawa bekal, karena dia sudah sangat lapar. Namun, Toba lalu bertanya dengan raut wajah yang sangat kesal.
“Kenapa makananku tinggal sedikit?," ujar Toba.
“Tadi di jalan aku sangat lapar ayah, jadi aku makan dan minum sedikit bekal ayah, tapi tidak semua kuhabiskan kan? Masih aku sisakan sedikit untuk ayah” ujar Samosir dengan wajah polos.
“Anak tidak tahu diuntung” kata Toba ke Samosir.
Kemarahannya semakin menjadi jadi dan tak terbendung hingga menyumpat kasar.
“Dasar kau anak keturunan ikan!!” ujar Toba.
Samosir sangat terkejut dia berlari dan menangis pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Samosir menceritakan hal ini kepada ibunya. Mendengar cerita Samosir, ibunya sangat kecewa dan akhirnya menangis. Dia tak percaya kalau sang suami telah melanggar sumpah untuk tidak menyebutkan asal usulnya yang berasal dari ikan.
Kemudian sang ibu berdiri dan memegang tangan Samosir, dalam hitungan sekejap mereka sudah menghilang. Keajaiban datang dari bekas pijakan kaki sang ibu dan Samosir, mengalir air yang sangat deras dan tak terbendung lagi hingga semua desa itu tergenang air dan tenggelam.
Terbentuklah sebuah danau akibat kejadian ini. Hingga danau itu diberi nama Danau Toba. Adapun pulau kecil di tengah-tengah Danau Toba disebut Samosir untuk mengingatkan kepada anak laki-laki di kisah ini.

Cerita rakyat Sumatera Utara kali ini membahas Legenda Lubuk Emas. Dikisahkan jika Legenda Lubuk Emas tentang kesetian seorang putri raja kepada kekasihnya.
Sri Pandan begitu terkenal karena kecantikannya. Sang Raja pun berharap ada pangeran dari negeri lain yang meminang anaknya. Suatu hari Raja Simangolong amat senang mendengar kabar bahwa ada seorang Pangeran dari kerajaan Aceh yang ingin meminang anaknya Sri Pandan.
Namun sang raja sekaligus ayah dari Sri Pandan ini tak serta merta menerima tawaran dari Pangeran Aceh tersebut, dia ingin bertanya kepada putrinya apakah dia bersedia dijodohkan. Oleh karena itu sang ayah pun meminta waktu kepada Pangeran Aceh untuk meminta pendapat kepada sang anak.
Sri Pandan langsung kaget dan tak buru buru menjawab, bahkan dia menundukkan wajahnya dan mulai menangis. Dengan terbata-bata sang Putri menjawab dan menjelaskan kalau sesungguhnya dia telah mempunyai kekasih, dan ingin berkomitmen dengan pemuda tersebut.
Sang ayah semakin sakit hati dan merasa kecewa kepada sang anak dan berniat menghabisi Hobatan. Sri Pandan lalu langsung menemui Hobatan, dia menceritakan semua kejadian yang telah disampaikan ayahnya.
Lalu dia mengajak untuk kabur bersama Hobatan dan meninggalkan istana. Namun Hobatan dengan berat hati menolak tawaran sang putri dan malah menyarankan untuk menerima tawaran sang Raja Aceh.
Semakin kecewa Sri Pandan pun langsung pulang dan berkemas kemas, dibawa beberapa lembar pakaiannya, perhiasan mahalnya yang terbuat dari emas. Lalu, dia pun meninggalkan istana dengan membawa semua perhiasannya menuju Lubuk Sungai Asahan.
Sesampainya dia di sana, dia melemparkan semua barangnya ke dalam lubuk yang dalam itu pakaian dan perhiasan emas yang banyak jumlahnya itu pun berjatuhan dan masuk ke dalam lubuk.
Tak berapa lama Sri Pandan pun berujar.” tidak akan ada lagi perempuan cantik di kerajaan ini!” Selesai berujar Sri Pandan lantas menerjunkan dirinya ke dalam lubuk membawa cinta dan kesetiaannya.
Para prajurit bergegas menerjuni lubuk untuk mencari Sri Pandan. Namun setelah berulang-ulang menyelam dan mencari, Sri Pandan tidak juga mereka temukan. Mengingat Sri Pandan terjun ke dalam lubuk dengan membawa seluruh perhiasan emasnya, maka lubuk itu pun dinamakan Lubuk Emas.

Medan merupakan kota terbesar di Sumatera Utara, namun dahulu namanya Tanah Deli. Disebut Tanah Deli karena kondisi tanahnya berawa-rawa. Luas wilayahnya diperkirakan sekitar 4.000 hektare.
Dahulu Medan juga dijuluki sebagai “Paris Van Sumatera” karena bangunan dan kondisi lingkungannya yang mirip dengan Eropa. Medan juga menjadi kota industri, perdagangan, dan bisnis.
Dilansir dari portal resmi Pemko Medan, dalam bahasa Melayu, Medan berarti tempat yang luas atau juga tanah lapang untuk berkumpul.
Terdapat juga banyak sungai yang melintasi kota Medan ini, di antaranya Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Semua sungai itu akan bermuara ke Selat Malaka.
Orang yang pertama membuka perkampungan di Medan yakni Guru Patimpus yang merupakan seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi. Dia beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan.
Nama perkampungan yang didirikan Guru Patimpus yakni “Medan Putri”. Kampung itu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang terletak di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura.
Setelah 20 tahun “Medan Putri” tercipta, muncul suatu gagasan atau ide. Sultan Aceh memerintahkan panglimanya yang bernama Gocah Pahlawan untuk menjadi pemimpin di Tanah Deli sebagai perwakilan dari Sultan Aceh. Tak lama setelah Gocah Pahlawan memimpin, dia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Dia berhasil mendapatkan Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang.
Dia juga membangun kampung kampung lainnya, hal ini agar semua wilayah kekuasaannya menjadi maju dan berkembang. Namun pada tahun 1653 Gocah Pahlawan menghembuskan napas terakhirnya dan digantikan oleh putranya yang bernama Tuanku Panglima Perunggit. Kemudian Tuanku Panglima Perunggi memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669 .
Medan menjadi semakin maju karena menjadi pusat perdagangan, tetapi muncullah pertanyaan, apa yang diperjualbelikan pada saat itu sehingga Medan menjadi sangat maju?. Salah satu faktor besar kemajuan ekonomi di Medan yakni melalui perkebunan tembakau yang mana bekerja sama dengan orang belanda yang bernama Nienhuys Van der Valk dan Elliot yang berasal dari perusahaan Firma Van Leeuwen en Mainz & Co.
Sultan Deli memberikan mereka tanah seluas 2.960 hektare yang diperuntukkan kebun tembakau. Nantinya, hasil tembakau ini diekspor ke Belanda. Ternyata hasilnya tembakau yang ditanam di Tanah Deli memiliki kualitas yang sangat bagus.
Pemerintahan di sana langsung membangun banyak perkebunan tembakau, setidaknya ada 22 kebun pada tahun 1874. Lambat laun Medan Putri pun menjadi semakin ramai dan banyak orang orang datang ke kota ini, dan berubahlah nama kota ini agar menjadi lebih singkat dan lebih dikenal dengan Kota Medan.
Editor: Nani Suherni