Dalil I'tikaf di Bulan Ramadhan
JAKARTA, iNews.id - Inilah dalil i’tikaf di bulan Ramadhan yang patut untuk diketahui. Ibadah tersebut memang dianjurkan untuk diperbanyak selama bulan suci.
Tujuannya tentu saja untuk mengharap ridha Allah SWT dan meraih Lailatul Qadar. Pasalnya, Lailatul Qadar adalah malam yang istimewa melebihi 1.000 bulan.
Allah SWT berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
Artinya: Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al Qadar [97] : 3-5).
I’tikaf merupakan kegiatan berdiam diri di masjid untuk mengerjakan berbagai ibadah, seperti bermuhasabah atau introspeksi diri, mengingat hari akhir, berdzikir, membaca Al-Quran, mendengarkan nasihat dan ilmu-ilmu agama, salat sunnah, dan lain-lain. Menjelang akhir Ramadhan, umat Islam biasanya dianjurkan untuk memperbanyak ibadah tersebut.
Pasalnya, terdapat berbagai keistimewaan yang terkandung. Giat beri'tikaf ternyata sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Hal itu sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, dimana ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشَرَ اْلأَوَاخِـرَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَةً وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya: Jika masuk sepuluh hari terakhir, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan ikat pinggangnya, menghi-dupkan malam dan membangunkan isteri-isterinya.
Menghidupkan malam dalam hadits tersebut juga diartikan mengerjakan i’tikaf. Hadits lainnya yang disebutkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitab Bulughul Marom juga menyebutkan:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).
Editor: Komaruddin Bagja