Marak Fenomena Emak-Emak Brondolan, Pengusaha Sawit di Sumut Resah

Maraknya kehadiran Makbro, kata Timbas, disinyalir terjadi karena keberadaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berskala kecil dan tidak memiliki kebun sawit. PKS berskala kecil ini muncul karena untuk pengurusan izin mendirikan PKS saat ini sangat mudah. Hanya dengan mengurus izin lewat Online Single Submission dan Pemerintah Daerah tanpa kewajiban memiliki kebun sawit.
Di mana karena tidak memiliki kebun, PKS tersebut melakukan berbagai cara untuk mendapatkan buah sawit. Termasuk menerima brondolan sawit dari warga.
"Seperti hasil curian dari para Makbro itu," katanya.
Pendapatan jadi Makbro, sebut Timbas, cukup besar karena harga jual brondolan sawit lebih mahal dari harga tandan buah segar (TBS) yang masih memiliki janjangnya.
"Selisihnya bisa lebih dari Rp1.000 per kg. Lebih tinggi harga brondolan sawit ketimbang TBS. Itu karena brondolan sawit memiliki tingkat asam lemak yang lebih tinggi dan cocok untuk dijadikan bahan baku biodiesel," katanya.
Editor: Nani Suherni