Usai menjajal rafting, Menparekraf menyaksikan penampilan tari tradisional suku batak asal Sumatra Utara yakni Tari Tortor Sombah dari Sanggar Sibaja.
Tari Tortor Sombah sendiri biasanya ditampilkan pada acara-acara kehormatan, seperti penyambutan tamu, pernikahan, hingga acara adat lainnya. Kemudian, Tarian Pengalo-Ngalo yang merupakan tarian dari Kerajaan Bajalingge, bermakna memberi semangat dan doa restu kepada tamu.
Selain kesenian, terdapat produk ekonomi kreatif lainnya seperti kriya dan kuliner khas. Diantaranya alat tenun, anyaman rotan, anyaman tikar, sandal dan kuliner khas Buluh Duri, ombus-ombus, lontong pecal, ikan cencen goreng, ayam holat dan mi glosor.
Menparekraf Sandiaga mengakui potensi alam Desa Buluh Duri luar biasa. Namun perlu dibarengi dengan amenitas yang berkualitas. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah kebersihan toilet dan homestay.
Sebagai penyedia layanan pariwisata, tentunya harus mampu memberikan pelayanan yang prima agar wisatawan merasa nyaman.
"Desa Wisata Buluh Duri ini sudah masuk 50 besar ADWI dari total 3.500 desa wisata. Ini sudah luar biasa. Namun ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan seperti toilet dan homestaynya karena kalau sarung bantal dan seprei berwarna coklat, tidak terlihat kebersihannya, sehingga kita harapkan bisa meningkatkan kualitas kunjungan wisatawan disini, buka peluang usaha dan dampak ekonomi," kata Menparekraf.
Turut mendampingi Menparekraf Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf, Indra Ni Tua dan Direktur Event Daerah Kemenparekraf/Baparekraf Reza Fahlevi.
Editor: Kastolani Marzuki












