Ahli Forensik Ungkap Kejanggalan Kematian Bripka AS, Polisi di Samosir yang Diduga Gelapkan Pajak

"Yaitu isi lambung, darah dan urine. Karena kalau di dalam lambung saja ditemukan namun di darah tidak dijumpai maka dapat diyakini racun tersebut tidak menyebabkan kematian," kata dr Asan Petrus
Proses cepat atau lambatnya seseorang tewas setelah meminum racun lanjutnya, tergantung bentuk racun yang dikonsumsi. Perbandingan orang yang meminum racun dengan yang disuntikkan, menurutnya lebih cepat proses ketika racun itu disuntikkan daripada dikonsumsi.
"Dalam kasus Bripka AS itu, diduga penyebab kematiannya karena kurangnya oksigen ke otak setelah mengonsumsi sianida. Oksigen ke otak yang utama, jadi itulah yang buat cepat mati," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pada dasarnya sesulit apapun penyebab kematian itu pasti dapat diungkap dalam autopsi. Karena meskipun tak bernyawa, jenazah itu tetap menunjukkan penyebab kematian.
"Di hadapan dokter forensik jasad itu mengungkapkan bagaimana ia meninggal dan apa yang terjadi padanya. Semua pasti terungkap. Kecuali memang ada yang ditutupi," kata Asan.
Hingga kini, kasus kematian Bripka AS masih ramai. Muncul dugaan ia tidak bunuh diri, karena keluarga merasa ada kejanggalan.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto