Cerita Rakyat Sumatera Utara, Legenda Lubuk Emas
PEMATANGSIANTAR, iNews.id - Cerita rakyat Sumatera Utara kali ini membahas Legenda Lubuk Emas. Kisah ini merupakan cerita rakyat yang berasal dari Nias.
Dikisahkan jika Legenda Lubuk Emas tentang kesetian seorang putri raja kepada kekasihnya. Namun hal itu ditolak mentah-mentah oleh ayahnya yang ingin menjodohkan dia dengan seorang pangeran dari negeri seberang.
Pada suatu hari hiduplah seorang raja yang berkuasa di daerah Teluk Dalam, Raja Simangolong namanya. Dia memiliki seorang putri yang bernama Sri Pandan yang amat cantik, pintar, dan seorang pekerja keras. Hal itu dibuktikan dengan kepiawaian nya dalam menenun, menganyam tikar dan terbiasa pula menumbuk padi.
Sri Pandan begitu terkenal karena kecantikannya, semua pemuda baik rakyatnya, ataupun rakyat negeri seberang mengetahui bahwa Sri Pandan merupakan seorang putri yang sempurna. Oleh karena itu sang ayah ingin sekali putrinya ini mendapatkan seseorang suami yang sama derajatnya dan pantas untuk menjadi menantunya. Dia berharap ada pangeran dari negeri lain yang meminang istrinya agar persahabatannya dengan negeri lain semakin luas dan terjalin dengan baik.
Suatu hari Raja Simangolong amat senang mendengar kabar bahwa ada seorang Pangeran dari kerajaan Aceh yang ingin meminang anaknya Sri Pandan. Namun sang raja sekaligus ayah dari Sri Pandan ini tak serta merta menerima tawaran dari Pangeran Aceh tersebut, ia ingin bertanya kepada putrinya apakah dia bersedia dijodohkan. Oleh karena itu sang ayah pun meminta waktu kepada Pangeran Aceh untuk meminta pendapat kepada sang anak.
“Setelah putriku menyatakan persetujuannya, aku akan sesegera mungkin mengirim kabar melalui utusanku” katanya kepada Raja Aceh.
Setelah itu akhirnya utusan dari kerajaan Aceh pulang, Raja Simangolong langsung memberikan kabar itu kepada putrinya.
“Putriku, seorang Pangeran dari Aceh telah melamarmu, engkau akan dinikahi olehnya. Sungguh aku akan sangat bahagia jika engkau mau menikah dengan Pangeran itu dan menjadi permaisuri, bagaimana menurutmu anakku?," kata sang raja.
Sri Pandan langsung kaget dan tak buru buru menjawab, bahkan dia menundukkan wajahnya dan mulai menangis. Ayahnya pun bingung dan bertanya kenapa ia malah menangis bukannya bahagia? Kemudian ayahnya bertanya "Apakah engkau menangis karena bahagia?”.
Tangis Sri Pandan pun semakin menjadi jadi.
“Jawablah anakku” kata sang ayah yang ingin mendengar kalau anaknya mau untuk menerima tawaran sang Pangeran Aceh.
“Maafkan aku ayah, aku mohon ampun. Bukannya aku ingin menjadi anak yang tidak mengikuti perintah orangtua dengan menerima tawaran tersebut, melainkan,” ucap sang Putri berhenti sejenak.
“Melainkan apa?” kata sang ayah.
Dengan terbata bata sang Putri menjawab dan menjelaskan kalau sesungguhnya dia telah mempunyai kekasih, dan ingin berkomitmen dengan pemuda tersebut.
“Siapa pemuda itu?” kata sang ayah.
“Hobatan, ayah” kata sang putri.
“Apa!?” sang ayah terkejut mendengar kabar itu.
“Maksudmu Hobatan pembantu setia kita itu?” ucapnya lagi.
Lalu sang putri pun mengangguk.
“Engkau lebih memilih setia dengan Hobatan dan menolak tawaran sang Pangeran Aceh?,” ucap sang raja yang dijawab anggukan oleh sang putri.
Sang ayah semakin sakit hati dan merasa kecewa kepada sang anak, lalu dia kembali berujar kepada sang anak.
“Terimalah lamaran Putra Mahkota Kerajaan Aceh! Putuskan hubungan mu dengan Hobatan! Jika engkau tidak juga memutuskan hubunganmu, niscaya Hobatan Akan aku Usir!,” kata raja dengan mengancam.
Sri Pandan lalu langsung menemui Hobatan, dia menceritakan semua kejadian yang telah disampaikan ayahnya. Lalu dia mengajak untuk kabur bersama Hobatan dan meninggalkan istana. Namun Hobatan dengan berat hati menolak tawaran sang putri dan malah menyarankan untuk menerima tawaran sang Raja Aceh.
Betapa terkejutnya sang putri mendengar ucapan Hobatan, dia merasa kecewa dan berkata “Baiklah kalau itu maumu, lebih baik aku mati terjun ke lubuk, dibandingkan harus menikah dengan seseorang yang tidak aku cintai, ketahui lah kekasihku, aku akan selalu setia dan cinta kepadamu”.
Hobatan pun juga semakin bimbang, tetapi dia tetap menyarankan untuk sang putri menerima tawaran sang Pangeran Aceh dan mengurungkan rencana anehnya itu dan menjadi istri dari sang raja.
Semakin kecewa Sri Pandan pun langsung pulang dan berkemas kemas, dibawa beberapa lembar pakaiannya, perhiasan mahalnya yang terbuat dari emas. Lalu, dia pun meninggalkan istana dengan membawa semua perhiasannya menuju Lubuk Sungai Asahan. Sesampainya dia di sana, dia melemparkan semua barangnya ke dalam lubuk yang dalam itu pakaian dan perhiasan emas yang banyak jumlahnya itu pun berjatuhan dan masuk ke dalam lubuk.
Tak berapa lama Sri Pandan pun berujar.” tidak akan ada lagi perempuan cantik di kerajaan ini!” Selesai berujar Sri Pandan lantas menerjunkan dirinya ke dalam lubuk membawa cinta dan kesetiaannya. Lalu seluruh kerajaan pun gempar karena tidak dapat menemukan sang putri, lalu sang raja pun memanggil Hobatan.
Di hadapan sang raja, Hobatan pun bercerita kepada sang raja bahwasanya dia telah menyarankan untuk menikahi sang Pangeran Aceh. Namun sang putri malah mengancam untuk terjun ke lubuk dibandingkan harus menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya. Raja Simangolong amat menyesali tindakannya.
Raja Simalongong dengan diiringi para prajurit segera menuju lubuk di Sungai Asahan itu. Para prajurit bergegas menerjuni lubuk untuk mencari Sri Pandan. Namun setelah berulang-ulang menyelam dan mencari, Sri Pandan tidak juga mereka temukan. mengingat Sri Pandan terjun ke dalam lubuk dengan membawa seluruh perhiasan emasnya, maka lubuk itu pun dinamakan Lubuk Emas.
Editor: Nani Suherni